Di negara berkembang, sudah banyak tersedia air yang layak minum dan tersedia pula air cuma-cuma dari keran atau pancuran minum. Namun masyarakatnya tetap saja membeli air minum kemasan. Beberapa orang merasa itu suatu pemborosan yang tidak masuk akal. Namun sebagian orang meyakini bahwa suatu produk yang mereka beli pastilah lebih unggul daripada apa pun yang bisa mereka terima secara cuma-cuma.
Terkadang pandangan itu mempegaruhi juga kehidupan rohani kita. Ada sejumlah orang yang sulit untuk menerima kenyataan bahwa air kehidupan itu suatu pemberian atau anugerah. Mungkin karena dilihatnya Yesus tidak punya timba dan karena air kehidupan ada dalam sumur yang begitu dalam. Sehingga mereka merasa perlu melakukan sesuatu agar pantas memperolehnya. Namun, masalahnya tidak seorang pun sanggup melakukannya. Harganya adalah kesempurnaan, dan Yesus adalah satu-satunya Pribadi yang sanggup membayar harga itu. Kepada siapapun yang haus, Ia berjanji untuk memberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan.
Sebagian orang berusaha membeli air hidup dengan jalan berbuat baik dan memberikan amal. Meski perbuatan-perbuatan itu dihargai Allah, itu semua bukanlah syarat yang dituntut Allah untuk pengampunan atas dosa kita. Yesus telah membayar harganya dengan jalan mati menggantikan kita, dan Dia menawarkan untuk memuaskan dahaga jiwa kita tatkala kita minum sepuas-puasnya dari mata air Allah yang tidak akan pernah kering. – YPP