GKI Peterongan

Allah Memperlengkapi Umat Untuk KaryaNya

Dalam sebuah novel yang berjudul “The Man Who Lost Himself” Mark Inglis, seorang warga negara Selandia Baru yang senang mendaki gunung sejak usia 12 tahun mempunyai cita-cita untuk menaklukkan Mount Everest, puncak gunung tertinggi di dunia dengan ketinggian 8.848 meter dari permukaan laut. Tetapi sayang, saat ia berumur 23 tahun, ketika sedang mendaki Mount Cook, gunung tertinggi di Selandia Baru, ia terjebak dalam udara yang sangat dingin selama dua minggu. Akibatnya, kedua kakinya mengalami radang yang harus diamputasi. Peristiwa ini sempat membuatnya putus asa dan membuang jauh cita-cita menaklukkan Mount Everest. Kehilangan kedua kakinya membuat ia merasa hidupnya kurang dan tidak berguna. Kedua kakinya yang diamputasi kemudian diganti dengan kaki palsu. Ia melupakan cita-citanya, sampai suatu hari seorang rekannya memberi sebuah nasihat kepadanya: “Sesungguh-nya Tuhan akan memberikan dan melengkapi kekurangan pada kakimu dan memberi kekuatan pada bagian tubuhmu yang lain.” Nasihat ini memberikan semangat kepadanya untuk mewujudkan cita-citanya. Ia berlatih, khususnya memperkuat kedua tangannya untuk menopang kedua kaki palsunya. Dua puluh tahun kemudian ia berhasil menakklukkan Mount Cook, dan empat tahun berikutnya ia berhasil mencapai puncak Chou Oyu, puncak gunung tertinggi kedua di dunia. Beberapa bulan kemudian ia berhasil mencapai puncak tertinggi di dunia Mount Everest, dan dunia mencatat bahwa ia orang pertama dengan kedua kaki palsu yang mencapai puncak Mount Everest. Dan ia bersaksi, Tuhan melengkapi apa yang kurang dalam dirinya.
Dari cerita di atas kita menyadari bahwa dibalik kekurangan seseorang (bahkan mungkin orang itu sendiri melihat tidak ada yang dapat diandalkan dari dirinya), sesungguhnya ada satu kelebihan yang Tuhan berikan untuk melengkapinya dalam berkarya bagi dunia.
Sama dengan peristiwa perkawinan di Kana saat sebuah keluarga baru dibentuk, Tuhan Yesus tidak menginginkan awal sebuah keluarga yang memulai kehidupan di dunia mengalami kegagalan. Oleh sebab itu Yesus melakukan mujizat untuk melengkapi perjalanan sebuah keluarga memulai karyanya di dunia, yakni menjadi saksiNya. (JS)

Pdt. Jerdi Stevan

Arsip