GKI Peterongan

Berdoa Kepada Allah Dalam Kerendahan Hati

Connecting People,” demikian semboyan dalam sebuah iklan handphone yang populer pada jamannya. Kalimat ini ingin menjelaskan bahwa di manapun orang berada dapat dihubungkan atau disambungkan oleh handphone ini.

Doa merupakan salah satu sarana agar antara Allah dan manusia bisa tersambungkan. Namun coba perhatikan gambar ini. Ayah dan anak tidak hanya tersambungkan, tetapi tampak ada relationship (hubungan kasih, antar pribadi). Demikianlah doa, tidak hanya menyambungkan kita dengan Allah namun ada persekutuan di dalamnya. Karena itu dalam Kolose 2:6-8 menasihatkan orang percaya supaya menjaga dan memelihara relationship itu.

Sangat menarik sebab dalam ayat-ayat berikutnya dijelaskan bahwa Allah-lah pihak yang berinisiatif menciptakan connectivity dan relationship itu. Allah memenuhi kita dengan ke­ilahian-Nya dalam Kristus, kuasa Allah bekerja untuk menghidupkan kita dari kematian dosa, memberi pengampunan dengan menghapus surat hutang sehingga dalam semuanya itu kita tidak berada di bawah ikatan penguasa kegelapan lagi. Semua yang Allah telah kerjakan itu menyediakan suatu ruang bagi kita untuk dapat mengalami Allah dalam kasih Kristus.  Dalam relationship itu, Allah juga menjelaskan siapa Kristus. Dia adalah kepala semua pemerintah dan penguasa.

Berdasarkan Kolose 2:6-15, kita memahami bahwa doa berarti membangun hubungan dengan Allah dan kita menyatu dengan Allah dalam sebuah persekutuan yang indah. Sikap kerendahan hati penting dalam persekutuan itu, sebab kita menyadari siapa kita dan siapa Allah. Tidak ada yang penting dan berharga yang patut kita banggakan dalam diri kita, selain mengagungkan Dia yang telah bertindak untuk memampukan kita mengalami bagian dalam kemuliaan-Nya.

Sikap kerendahan hati dalam doa membawa kita pada sebuah cara pandang bahwa hidup semata-mata anugerah Tuhan. Semua yang kita milikipun berasal dari Dia. Rasa ayem tentrem akan dimiliki orang yang berdoa dengan rendah hati, sebab dalam doanya ia mampu melihat Tuhan yang agung, yang akan berinisiatif bertindak dalam kesesakan dan kehinaan umat-Nya.  (EBWR)

Bp. Elia Budiwijono

Arsip