Setiap hari, koran, majalah, televisi tak putus-putusnya menyuguhkan kepada kita berbagai bentuk tindak kejahatan. Ada saja orang yang berbuat jahat atau dijahati. Menipu atau ditipu. Memperkosa atau diperkosa. Merampok atau dirampok. Memfitnah atau difitnah. Membunuh atau dibunuh. Kita bisa melihatnya juga dari pengalaman hidup sesehari. Budaya mementingkan diri sendiri telah membuat manusia kehilangan kepedulian terhadap sesama. Manusia yang diciptakan Allah untuk hidup mengasihi Allah dan sesama telah gagal menghidupi panggilannya. Gagal menjadi naungan bagi sesama. Adakah harapan di tengah-tengah kondisi dunia yang seperti ini?
Syukur kepada Allah. Dunia ini milik Bapa. Allah tetap berdaulat atas dunia dan ciptaan-Nya. Ia memulihkan kehidupan manusia yang telah rusak karena dosa. Bahkan kehadiran Kerajaan Allah yang ditandai dengan kedatangan Yesus Kristus memungkinkan tiap orang memperoleh naungan dan bertumbuh untuk menjadi naungan bagi sesama. Kerajaan Allah bermakna pemerintahan Allah. Itu menunjuk pada saat kehendak Allah terlaksana secara sempurna, di bumi seperti di surga. Kehadiran kerajaan Allah telah dinubuatkan sejak Perjanjian Lama (Yeh.17:22-24). Itu dinyatakan melalui kehadiran Mesias yang merupakan naungan bagi manusia berdosa. Dalam Perjanjian Baru, kehadiran kerajaan Allah sebagai naungan kembali dipertegas oleh Tuhan Yesus melalui perumpamaan tentang kerajaan Allah di Mar 4:30-34. Kehadiran Mesias yang memerintah dunia membawa damai sejahtera, keadilan dan kebenaran yang akan menggayomi orang percaya di tengah keresahan atas situasi dunia yang tidak menentu. Kerajaan Allah telah dan akan terus bekerja, berpuncak pada kedatangan Kristus kedua kali.
Sebagai orang yang telah memperoleh naungan di dalam Kristus, kita dipanggil untuk bertumbuh menjadi naungan, sehingga orang lain pun mendapatkan naungan sejati di dalam Kristus. Bagaimana caranya? Pertama, miliki tujuan hidup untuk memperkenankan hati Tuhan (2 Kor. 5:9). Kita tidak mungkin dapat membawa orang lain memperoleh naungan dalam Kristus kalau kita sendiri tidak berkenan dihati-Nya. Kedua, hiduplah dikuasai kasih Kristus (2 Kor. 5:14). Mereka yang telah mengalami kasih Allah melalui kematian Kristus seharusnya tidak lagi hidup bagi diri sendiri, tetapi hidup bagi Dia. Kehidupan yang dikuasai kasih Kristus menjadi pendorong untuk mengasihi dan melayani mereka yang belum mendapatkan naungan di dalam-Nya. Selamat bertumbuh menjadi naungan! (YL)