Sebuah artikel menyebutkan bahwa seorang bayi dapat membuat kita tersenyum. Buktinya, banyak orang akan rela berhenti melakukan sesuatu dan mengalihkan pandangannya pada bayi ketika mereka melihat atau mendengar suara bayi. Bahkan terkadang, orang-orang akan berkerumun untuk memandangi makhluk mungil itu sekalipun mereka tidak mengenal orang tuanya. Terlebih lagi bila orang tuanya adalah orang yang kita kenal. Sebisa mungkin kita ingin menimang sang bayi mungil itu.
Kejadian tersebut juga pernah terjadi di sebuah panti wreda. Ketika ada sebuah keluarga muda yang mengunjungi salah seorang penghuni dengan bayi mereka. Walaupun hampir seluruh penghuni panti itu duduk di kursi roda dan mulai pikun, para penghuni panti itu terlihat bersukacita. Diawali dengan keraguan, namun beberapa diantara mereka mendekati keluarga muda itu. Sementara yang lain turut tersenyum melihat sang bayi yang sedang dikerumuni. Suatu pemandangan yang indah dan menakjubkan. Betapa seorang bayi dapat menghadirkan sukacita.
Mengapa bisa demikian? Mungkin saja sukacita itu muncul karena rasa takjub kita pada sebuah kehidupan baru yang sedemikian berharga, sekalipun mungil, namun penuh pengharapan. Melihat seorang bayi dapat mengingatkan kita pada kebesaran TUHAN yang menciptakan langit dan bumi, yang kasih-Nya begitu besar pada kita. Allah yang begitu mengasihi kita dengan memberi kita hidup, bahkan telah membentuk kita dalam rahim ibu kita.
Namun Allah tidak hanya memberi kita kehidupan jasmani, tetapi Ia juga menawarkan kelahiran kembali secara rohani melalui Yesus (Yoh. 3:3-8). Ia bahkan menjanjikan, hanya dengan percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran (Roma 4:5). Dan kepada mereka yang dibenarkan, Allah berjanji memberikan tubuh yang baru dan kehidupan kekal ketika Yesus datang kembali (1 Kor. 15:50-52). Sehingga, kehidupan jasmani dan kelahiran kembali secara rohani, merupakan anugerah Allah yang patut disyukuri dan dijaga. – YPP