Minggu ini kita memperingati peristiwa Transfigurasi Yesus. Peristiwa dimana Yesus berubah rupa; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang (Mat.17:2). Dalam kemuliaan itu, Yesus nampak berbicara dengan Musa dan Elia. Peristiwa ini hanya disaksikan secara langsung oleh Petrus, Yakobus dan Yohanes. Petrus yang larut dalam bahagia kemudian menawarkan pada Yesus untuk mendirikan kemah bagi Yesus, Elia, dan Musa untuk menjaga kemuliaan-Nya.
Namun Matius mencatat, segera setelah itu terdengar suara yang berkata “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.” Setelah itu, Petrus, Yakobus dan Yohanes hanya melihat sosok Yesus. Karena bagi Allah, menjaga kemuliaan-Nya bukan dengan cara mendirikan kemah, seperti yang dipikirkan Petrus. Namun menjaga kemuliaan-Nya adalah dengan berkarya dan membawa damai di tengah mereka yang menantikan keselamatan. Yesus Sang Anak Allah, siap memberikan arah dan tuntunan kepada manusia untuk hidup baik dan benar di hadapan Tuhan.
Sebagai umat pilihan Allah, sudah selayaknyalah kita menjaga kemuliaan Tuhan dengan hidup mulia. Namun hidup mulia bukan dengan berdiam diri dalam kemah Tuhan (dalam peribadahan di gedung gereja). Hidup mulia adalah dengan berlaku baik dan benar seturut dengan tuntunan Tuhan dalam hidup sesehari. Untuk itu, mari bertanya pada diri sendiri, sudahkah kita menghadirkan kedamaian di rumah, di tempat kerja, di sekolah, dan dimana saja kita berada?
Memang untuk mewujudkan hidup mulia tidaklah mudah. Namun ketika kita mau menjadikan Yesus sebagai petunjuk hidup kita dan kemuliaan-Nya menjadi tujuan kita. Allah, yang telah bersedia menampakkan diri dan menyapa umat-Nya, akan memberi hikmat dan kekuatan pada kita umat-Nya untuk mewujudkannya.– YPP