GKI Peterongan

Hidup yang Merayakan Allah Tritunggal

Coba Anda berimajinasi sedikit.
Bayangkan, Anda adalah seorang anak, tetapi masih berupa janin dalam kandungan ibu. Imajinasikan diri Anda berada di tempat teraman di dunia. Anda tenggelam di dalam air ketuban. Tidak mematikan, malah menghidupkan. Beberapa kali Anda berusaha menendang-nendang, mencoba berinteraksi. Beberapa kali juga Anda merasakan sentuhan dari luar. Terasa begitu dekat dan jelas. Satu dua kali Saudara mendengar suara ibu Anda. Dan Anda mengenali suara itu, Anda kegirangan tiap kali mendengar suara ibu Anda. Anda menanti-nantikan waktu kelahiran itu tiba, untuk berjumpa dengan ibu Anda – muka dengan muka – dan mengenal ibu Anda sepenuhnya dalam kehidupan yang baru.

Bagi saya, mengenal dan menyelami Allah Tritunggal adalah seperti itu: kita bagai seorang anak dalam kandungan ibu. Kita diliputi oleh Roh Kudus. Kita berjumpa oleh Yesus Kristus, Sang Firman, Sang Suara Allah yang adalah Allah itu sendiri. Kita merasakan kehadiran Bapa – begitu erat, begitu lekat – dalam keseharian kita. Tetapi tetap saja, kita tidak dapat menjelaskan sepenuhnya mengenai Allah Trinitas. Kita menunggu, penuh harap. Kelak, ketika kita boleh ‘terlahir’ ke kehidupan kekal, kita dapat mengenal Allah dengan sepenuhnya. ‘Trinitas’ tidak lagi menjadi teka-teki yang sulit dijelaskan, tetapi menjadi realita gamblang yang betul-betul kita mengerti.

Kalau begitu, apa nasihat yang bisa kita terima ketika membicarakan tentang Allah Tritunggal? Perhatikan apa yang disampaikan Paulus dalam Roma 5:1-5, kita mendapati dua nasihat praktis. Pertama, sadari dan nikmati relasi kasih yang ditunjukkan oleh Allah Tritunggal kepada setiap kita. Paulus menunjukkan dengan jelas bahwa kasih Allah melalui Yesus Kristus telah dinyatakan kepada kita oleh Roh Kudus. Kita dikepung dalam kasih Allah Tritunggal dan diundang untuk terus tinggal dalam dekapan kasih itu. Hidup kita menjadi hidup yang penuh kasih terhadap sesama, dan perilaku kita mencerminkan kasih kepada Tuhan. Kedua, hiduplah dengan penuh pengharapan. Allah Tritunggal – Bapa, Yesus, dan Roh Kudus – telah menganugerahkan keselamatan kepada kita. Jalan pendamaian dibuka selebar-lebarnya. Kelak kita akan menerima kemuliaan Allah dan hidup bersama-sama dengan Dia. Adakah sesuatu yang lebih besar yang kita nanti-nantikan selain ini? Jika tidak, maka tentu tidak ada alasan untuk kita putus asa dalam menjalani hidup. Sesulit apapun tantangan yang kita hadapi, kita tidak menyerah, karena kita tidak bergeser sedikitpun dari pengharapan kita. Mata kita, langkah kita, tetap terarah pada Allah Tritunggal. Kembali seperti imajinasi kita di awal. Kita menjadi seorang anak yang menanti-nantikan hari saat kita terlahir ke dunia, semata-mata hanya ingin mengenal ibunya lebih dalam dan menikmati rengkuhan cinta kasihnya lebih erat lagi. (XND)

Pnt. Christnadi Putra Hendarta

-

Arsip