Dan. 12:1-3; Ibr. 10:11-14, 19-25; Mrk. 13:1-8
Beberapa tahun yang lalu saya bepergian ke Pulau Madura, mengantar keluarga yang ingin berlibur kesana. Dalam perjalanan pulang, saya merasa agak lelah menyetir. Karena masih harus melanjutkan perjalanan ini ke tempat lain, saya ‘terobsesi’ untuk mencari jalan pintas menuju tujuan saya berikutnya – sehingga tidak harus melewati jalan yang sudah saya ketahui seperti biasanya. Menepilah kami sejenak dan saya mulai mengutak-utik smartphone untuk membuka program navigasi yang tersemat di dalamnya. Program siap, perjalanan diteruskan. Mengikuti petunjuk navigasi, mobil pun berbelok masuk ke jalan yang lebih kecil. Tetapi kenyataannya jalan semakin kecil, perasaan ‘galau’ – kuatir tersesat muncul semakin lama semakin menyesakkan. Sampai akhirnya kami melihat jalan besar di depan. Dan kami kembali ke jalan yang sama!
Perasaan kuatir tersesat ini kembali muncul ketika saya menyimak acara motivasional yang rutin disiarkan oleh sebuah televisi swasta. Penuh nilai-nilai kebaikan yang rasional dan spiritual, tetapi duniawi. Perasaan ‘galau’ ini campur aduk dengan pengharapan bahwa dalam acara ini saya akan menemukan sebuah ‘pencerahan’ yang paralel dengan permasalahan hidup saya.
Perasaan ‘galau’ ini juga tercermin dari pertanyaan tentang akhir jaman yang diajukan oleh Petrus, Yohanes, dan Andreas kepada Tuhan Yesus. Menjawab pertanyaan itu, Yesus mengajar mereka untuk mewaspadai beberapa hal, yaitu: waspada terhadap munculnya para penyesat dan jangan gelisah apabila mendengar deru perang. Penulis kitab Ibrani (Ibr. 10:11-14,19-25) menasihatkan kepada kita – yang telah ditebus oleh korban sempurna Kristus, agar dengan hati yang tulus, hidup berpegang teguh pada iman dan pengharapan, hidup saling memperhatikan, dan tidak menjauhkan diri dari pertemuan ibadat. Allah juga berjanji untuk pendampingan, perlindungan, dan kelepasan pada masa kesesakan besar tersebut (Dan. 12:1-3).
Saya tidak anti dengan piranti navigasi digital dan acara motivasi di televisi. Tetapi saya tidak suka dengan perasaan ‘galau’ karena tersesat dan pengharapan yang tidak pasti. Yesus Kristus dan pengajaran-Nya adalah piranti navigasi hidup dan sumber pengharapan kita satu-satunya. Di saat senang dan di saat kesesakan – dahulu, sekarang, dan hingga kesudahannya nanti. (DAA)