Setiap orang membutuhkan pengakuan eksistensi diri. Maka tak heran di era media sosial ini, manusia berlomba menampilkan fotonya dan melaporkan kegiatan-kegiatannya. Berharap mendapatkan banyak acungan jempol dan komentar, serta banyak teman, pengikut, dan pelanggan. Tak sedikit unggahan-unggahan yang disampaikan merupakan hasil karya diri yang memang bermanfaat, sehingga ia layak mendapatkan apresiasi positif dari warganet, menjadi perbincangan hangat bahkan kemudian mendapatkan banyak undangan untuk tampil di acara-acara televisi. Namun sayangnya banyak juga unggahan yang (maaf) sebenarnya tidak ada manfaatnya, selain hanya meramaikan dunia maya dan berusaha meningkatkan eksistensi diri meskipun tanpa karya yang dihasilkan.
Allah pun perlu menunjukkan eksistensi diri-Nya kepada manusia. Mengapa? Agar manusia mengenal-Nya dan percaya kepada-Nya, sehingga bisa hidup dalam anugerah-Nya dan bimbingan-Nya. Bagaimana cara Allah menunjukkan eksistensi-Nya?
- Dalam Kolose 1:15 tertulis “Ia (Yesus) adalah gambar Allah yang tidak kelihatan….” Hal ini menjelaskan bahwa Allah yang tidak terlihat berkenan untuk memperlihatkan diri kepada manusia dalam diri Yesus Kristus. Dengan demikian manusia yang selama ini tidak bisa melihat Allah dan sulit untuk mengenali-Nya, kini mendapatkan kesempatan untuk bisa melihat-Nya secara kasat mata. Eksistensi (keberadaan) Allah menjadi nyata dalam diri Yesus.
- Kolose 1:13-14 menuliskan “Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa.”
Dalam perwujudan-Nya sebagai manusia, Allah tidak hanya sekedar ingin dapat dilihat, melainkan Ia melakukan karya yang Mahabesar. Ia mengorbankan diri-Nya agar dapat menebus kita dari kuasa maut dan mengembalikan kita dalam tempat semestinya, yakni Kerajaan-Nya yang kekal, karena memang dari situlah kita berasal. Eksistensi Allah semakin nyata melalui karya penebusan-Nya.
Di sini kita bisa melihat bahwa jika pada akhirnya pengakuan Allah sebagai Raja itu muncul dari mulut-mulut manusia, itu bukan karena Allah sok eksis, melainkan karena karya-Nya sungguh-sungguh berharga bagi kita dan kita dapat merasakan kasih-Nya yang besar. Biarlah pengakuan itu tetap ada dalam diri kita sampai pada kesudahannya. (RKG)