Yesaya 2:1-5, Roma 13:11-14, Matius 24:36-44
Di ulang tahun ketigapuluh saya memutuskan untuk menghadiahi diri sendiri sebuah polis asuransi. Saya menganggap ini penting karena dapat memberikan sebentuk ‘jaminan’ masa depan. Walaupun akhirnya saya tidak pernah sekalipun menikmati keuntungan polis itu, saya tidak menyesalinya karena itulah harga sebuah ‘jaminan’.
Bacaan kita hari ini juga berbicara tentang ‘jaminan’. Matius 24:36-44 berbicara tentang kedatangan Anak Manusia. Ada dua hal penting dalam bacaan ini. Pertama, jaminan bahwa Anak Manusia akan datang kembali. Kedua adalah waktunya yang tidak terduga (ay.44). Sayangnya, sebagian besar orang bingung dan kuatir mengenai hal yang kedua. Banyak yang tertipu dengan berbagai nubuatan nabi palsu di abad ini. Ratusan nyawa melayang karena mempercayai nubuatan palsu. Mereka merasa dirinya makin dekat, padahal terjebak menjadi makin sesat.
Ketidakterdugaan hidup adalah bagian dari kenyataan hidup. Kadang ketidakterdugaan membawa sukacita, tetapi kadang juga tidak. Bencana alam yang merenggut ribuan nyawa di Filipina mengingatkan kembali betapa rapuhnya masa depan kita. Bencana-bencana pribadi seperti kehilangan pekerjaan, kehilangan orang yang dicintai, kerugian bisnis, penyakit kronis yang mendadak hadir, dan semua hal tak terduga lainnya dapat menyeret kita ke belakang. Mengancam masa depan yang telah kita rancang sebaik-baiknya, termasuk upaya untuk mengantasipasinya dengan membeli polis asuransi seperti yang saya lakukan. Kita sebenarnya sadar betapa rapuhnya masa depan, namun kita sering menolak untuk mengakuinya.
Minggu ini kita memasuki minggu Adven pertama. Masa Adven adalah masa penantian. Menanti kedatangan Dia yang sudah pernah datang. Mari kita memfokuskan diri pada jaminan akan kedatanganNya kembali. Sehingga apapun yang kita hadapi akan kita jalani dengan pengharapan teguh, karena memandang Yesus dan janji-Nya. Kita isi hidup dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan (Rm 11:12), dan berjalan dengan penuh kasih di dalam terang TUHAN (Yes 2:5) Yesus Kristus.
“Tiap hari inilah doaku pada-Mu, Tuhan. Kurindu melihat-Mu lebih jelas, mengasihi-Mu lebih dalam, dan mengikut-Mu lebih dekat” (Richard Chicester)
(DAA)