Tak kenal maka tak sayang. Sebuah ungkapan yang tentunya tidak asing di telinga kita dan benar adanya. Kesalahpahaman terjadi karena tidak mengenal sesama dengan benar. Kecurigaan dan kebencian timbul karena tidak adanya pengenalan yang baik. Intimidasi dan teror bermunculan karena satu sama lain tidak saling kenal dan tidak saling sayang. Sungguh ironis jika sikap-sikap semacam itu muncul dalam lingkungan yang seharusnya membutuhkan kebersamaan. Keluarga, gereja, bangsa yang seharusnya berderap bersama akhirnya justru jalan tertatih-tatih karena terciderai dengan ragam persoalan akibat tidak saling mengenal dengan baik.
Bacaan Yohanes 12:1-8 menunjukkan adanya kesalahpahaman antara Yudas Iskariot dan Maria. Yudas menuduh Maria memboros-boroskan uang seharga 300 dinar karena Maria menuangkan minyak narwastu sebanyak setengah kati (+ 300 ml) ke atas kaki Yesus. Bahkan Yudas menggunakan dalih bahwa uang sebanyak itu sebaiknya dibagikan kepada orang miskin. Yudas tidak mengenal isi hati Maria, maka tuduhan itupun meluncur dari mulutnya. Berbeda dengan Yesus. Yesus sangat mengenal Maria, dan juga Yudas. Maka tanggapan-Nya, “Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu” (ayat 7-8), bukan berarti Yesus mengabaikan orang miskin dan juga bukan sebuah tuduhan atau pembelaan membabi buta, melainkan karena Yesus sangat memahami alasan Maria melakukan tindakan pembasuhan itu kepada-Nya dan mengerti mengapa Yudas berkata demikian (ayat 6).
Sebaliknya, Maria pun memiliki pengenalan yang baik tentang Yesus, sehingga pengenalan itu mendorongnya untuk melakukan tindakan yang terbaik. Dari mana pengenalan itu didapatkan? Maria senang mendengarkan dan memperhatikan pengajaran Yesus dengan seksama (Luk 10:39). Maria juga merasakan besarnya kasih Yesus terhadap diri dan keluarganya pada saat peristiwa membangkitkan Lazarus, saudaranya (Yoh 11:32-36). Semua pengalaman dan perjumpaan itu dihayati dengan baik oleh Maria, sehingga ia makin mengenal Yesus, makin dekat dengan-Nya, makin mengasihi-Nya, dan makin mengerti tindakan apa yang harus dilakukannya. Lalu…..seberapa jauh kita telah mengenal Kristus, seberapa banyak dan berkualitasnya tindakan yang kita perbuat bagi Yesus? (RKG)