GKI Peterongan

Masih Ada Harapan Pemulihan

Mrk. 10:48-52, Ibr. 7:23-28

Selama kita hidup dalam dunia yang tidak sempurna dan kitanya sendiri juga tidak sempurna, maka masalah bisa muncul. Waktu masalah muncul kita dituntut untuk beradaptasi. Waktu kita gagal beradaptasi dengan tepat atau dengan cara yang sesuai dengan kehendak Tuhan, maka masalah acapkali berkembang menjadi sebuah masalah yang besar yang pada akhirnya membuahkan krisis dalam hidup kita.
Bartimeus menghadapi krisis hidup. Dia duduk di pinggir jalan. (Bdk. Mrk. 10: 46- 52).  Dia menyadari keberadaannya sebagai orang yang buta. Ia tidak mau masuk dalam kerumunan. Meskipun tidak dapat melihat, ia selalu berusaha mendengarkan apa yang sedang terjadi di tengah jalan. Dia mendengar Yesus punya kuasa dan melakukan mujizat-mujizat. Mendengar hal itu  niatnya hanya satu, yaitu dia dapat berjumpa dengan Yesus agar Yesus menolong Bartimeus keluar dari krisis hidupnya. Bartimeus berseru: “Anak Daud, kasihanilah aku!” Ini adalah sebuah pengakuan bahwa Bartimeus membutuhkan belas kasihan. Bartimeus menyadari keberadaan dirinya yang sangat terbatas. Keberadaannya yang buta. Dalam seruan yang disampaikan kepada Tuhan Yesus terkandung harapan dalam diri Bartimeus agar semua yang ia dengar, boleh terjadi pada dirinya.
Iman adalah keberanian, keberanian untuk menghadapi realitas yang ada bukan lari dari realitas kehidupan kita. Makin kita menghindar, makin jauh dari solusi. Iman berarti kita bersandar kepada Tuhan dan pemeliharaan-Nya, kita berseru : “Anak Daud, kasihanilah aku!”, meskipun semua kelihatan gelap tapi kita beriman : “Rabuni, supaya aku dapat melihat!”  Kita beriman: Apa pun yang dialami, Tuhan sanggup dan tidak meninggalkan kita serta Tuhan akan  menggenapi rencana-Nya. Tuhan adalah penolong kita, hanya DIA yang sanggup pulihkan kita. (WS)

Pdt. Em. Wibisono Siswanto

Arsip