Pertanyaan tersebut agaknya terus menggelitik di benak banyak orang. Bagaimana tidak, Firman Tuhan yang sudah ditulis sejak 2000-3000 tahun silam kok masih dipakai hingga saat ini? Apa nggak ketinggalan zaman tuh? Ketika merenungkan pertanyaan ini, saya teringat dengan sebuah peristiwa yang saya alami 9 tahun lalu.
Pada saat itu saya tinggal seorang diri, tanpa anggota keluarga atau teman dan tanpa asisten rumah tangga. Saya pernah beberapa kali sakit tipes, namun kali itu sakit tersebut begitu mengganggu sehingga membuat saya kesulitan untuk melakukan banyak hal. Saya tidak kuat untuk masak dan bersih-bersih rumah. Bersyukur masih bisa mengendarai mobil untuk sekedar keluar membeli nasi dan lauk, itupun dengan sambil memegangi bagian perut yang terasa nyeri. Sebagian besar waktu hanya saya pakai untuk tiduran dan mengerjakan tugas yang masih menjadi tanggung jawab saya. Tentu saya berdoa untuk memohon kesembuhan kepada Tuhan. Namun setelah beberapa hari sakit, saya juga berdoa demikian, “Tuhan, saya percaya Engkau baik. Tapi masakan saya meminta engkau untuk membersihkan rumah? Rasanya kok tidak pantas. Tapi saya juga rikuh untuk meminta tolong orang lain. Jadi saya bingung saat ini harus bagaimana, Tuhan. Saya tidak berani meminta banyak, saya hanya mau belajar percaya bahwa Engkau pasti memberi yang terbaik kepadaku.”
Selesai berdoa, saya hanya berserah. Kalaupun rumah dalam keadaan kotor, ya sudah mau bagaimana lagi. Nanti kalau sembuh baru saya bersihkan. Keesokan harinya ada seorang ibu menelpon dan menanyakan bagaimana keadaan saya. Saya hanya menceritakan singkat mengenai kondisi fisik, tanpa cerita hal-hal lainnya. Anehnya, tiba-tiba dia berkata, “Bu Rinta, mulai besok saya kirim pembantu saya untuk membersihkan rumah ya, bu. Sekalian dia juga akan membawakan masakan, jadi Bu Rinta tidak perlu repot-repot masak.” Benar-benar kejutan yang luar biasa buat saya! Bahkan bukan hanya ibu itu yang menyodorkan bantuan. Lusanya, seorang ibu yang lain pun menawarkan hal yang sama. Sehingga malah setiap hari ada orang yang membersihkan tempat tinggal saya secara bergantian dan memberi makan sampai saya sembuh. Maka teringatlah saya dengan Firman Tuhan, “Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri” (Amsal 3:5) serta “Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!” (Yeremia 17:7)
Jadi, apakah firman Tuhan masih relevan di masa kini? Dengan tegas saya akan berkata, “MASIH dan AKAN TERUS RELEVAN.” Percayalah pada firman-Nya. (RKG)