GKI Peterongan

Melampaui Hak Dan Kewajiban

Persoalaan yang ada dalam perikop bacaan kita hari ini mengenai membayar pajak ke bait Allah. Darimana sesungguhnya asal muasal pembayaran pajak ke bait Allah ini. Sejak zaman Musa pembayaran pajak ini sudah ditetapkan. Dalam Keluaran 30:13, disana dinyatakankan bahwa setiap laki-laki yahudi yang berusia diatas 20 tahun harus membayar pajak tahunan bait Allah sebesar setengah syikal (2 dirham). Pembayaran pajak yang dilakukan ke bait Allah ini, guna memenuhi kebutuhan biaya ritual yang dilakukan setiap hari.

Petugas pajak bait Allah datang kepada Petrus mempertanyakan apakah gurunya telah membayar pajak? Pertanyaan ini sesungguhnya diajukan dengan tujuan yang jahat bahwa harapannya ialah Yesus menolak membayar pajak, sebab jika Ia menolak, maka kaum ortodoks mempunyai alasan untuk menuduh-Nya. Sesungguhnya, Yesus adalah anak Allah dan seharusnya Ia tidak wajib membayar pajak bagi rumah Bapa-Nya sendiri. Namun Yesus menginginkan bahwa mereka harus membayar pajak bukan karena diwajibkan oleh hukum melainkan karena ada kewajiban yang lebih tinggi supaya janganlah menjadi batu sandungan. Ketika kita membayar pajak, hal ini menjadi contoh bagi orang lain. Kita tidak harus melakuakn tugas kita tetapi kita harus melaksanakan hal-hal yang lebih besar karena dengan cara itu kita telah menunjukkan kepada orang lain hal-hal yang seharusnya mereka lakukan. Yesus tidak akan membiarkan DiriNya mengajarkan sesuatu yang membuat orang mengabaikan kewajiban hidup sehari-hari.

Berbicara soal hak dan kewajiban pasti tidak akan terlepas dari tanggung jawab . Karena tanggung jawab ini nantinya secara sadar atau tidak sadar membawa suatu konsekwensi. Yesus dengan sangat gamblang menunjukkan kepada kita bagimana menempatkan hak dan kewajiban melampaui apa yang seharusnya. Kewajiban tidak membayar pajak yang adalah hak Nya karena sebagai anak Allah ternyata tidak dipertahankannya, demi  menjadikan kesaksian sikap dan perilaku sebagai contoh yang baik untuk membangun iklim yang baik untuk sebuah kehidupan. Sudahkah kita hidup secara bertanggung jawab dan bersikap seperti guru dan Tuhan kita ? (JS)

Pdt. Jerdi Stevan

Arsip