GKI Peterongan

Melawan Nafsu Dunia Dengan Hikmat Allah

Lebih mudah untuk terlihat benar daripada sungguh-sungguh benar.
Nafsu kedagingan yang hina bisa dipertontonkan di hadapan begitu banyak orang tanpa ada celaan atau pertentangan hanya karena nafsu ini dibalut dalam jubah kebijaksanaan alias hikmat. Padahal, kejahatan biasanya dilakukan di tempat-tempat tersembunyi. Hikmat manusia yang terbatas pada akhirnya menjadi rabun untuk melihat mana yang sungguh-sungguh adalah kebenaran, mana yang hanyalah nafsu yang rendah dan merusak.

Perhatikan bagaimana orang-orang Anatot ingin mencabut nyawa Yeremia karena tidak suka mendengar nubuat atas mereka (Yeremia 11:18-23). Perhatikan juga bagaimana para murid Yesus, di tengah perjalanan mereka mengikut Kristus, mereka bisa berdiskusi tentang siapa yang terbesar di antara mereka (Markus 9:33-37). Semua ini dilakukan seperti sesuatu yang lumrah, seperti sesuatu yang wajar dilakukan dan diketahui oleh banyak orang! Tapi tidak heran lagi, di masa kini ada begitu banyak contoh lain yang serupa, ketika nafsu kedagingan yang rendah berjumpa dengan hikmat manusia. Lihat saja di sekeliling kita, ada begitu banyak orang dengan ambisi berkuasa, keinginan untuk sukses dengan cepat, birahi yang liar, dorongan untuk tampak saleh, arogansi agama. Mereka membenarkan, sekaligus mempromosikan, sehingga masa kini sulit sekali untuk dengan jelas melihat mana yang seharusnya kita lakukan dan mana yang seharusnya kita hindari. Apakah tujuan hidup semata-mata mengejar kekayaan? Apakah menyingkirkan orang berdosa adalah sikap yang tepat? Banyak dari kita ternyata masih sulit untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan tegas.

Karena itu, apa yang disampaikan dalam surat Yakobus menjadi penting untuk terus diingatkan pada kita. “… kalau kalian cemburu, sakit hati, dan mementingkan diri sendiri, janganlah membanggakan kebijaksanaan itu, karena dengan itu kalian memutarbalikkan berita yang benar dari Allah. Kebijaksanaan semacam itu tidak berasal dari surga. Ia berasal dari dunia, dari nafsu manusia, dan dari setan!” (Yakobus 3:14-16 versi BIMK). Telanjangi nafsu dunia dengan hikmat Allah, hikmat yang berasal dari atas. Jangan terus menerus kita benarkan nafsu kedagingan kita dalam kata-kata hikmat. Kalau kita memang bijak dan berbudi, tunjukkan dalam sikap tunduk kepada Allah dan mengakui hikmat yang benar yang berasal dari Allah. Hikmat manusia terbatas, “karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis [nafsu kedagingan yang menyamar dalam hikmat duniawi], maka ia akan lari dari padamu!” (Yakobus 4:7)

Pnt. Christnadi Putra Hendarta

-

Arsip