Gaya hidup bisa diartikan sebagai sebuah pola perilaku kehidupan seseorang yang sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Gaya hidup akan terekspresi secara alami dalam keseharian. Tidak perlu dibuat-buat, melainkan pola perilaku itu akan muncul secara alami dan mengalir dengan jujur. Dia tidak bisa disembunyikan karena itu sudah menjadi ciri khas dan unik pada seseorang. Hal ini akhirnya menggiring kita pada sebuah pertanyaan, “Apa yang menjadi gaya hidup Anda?”
Alkitab mengajarkan kepada kita satu dari sekian banyak dari gaya hidup Kristen, yaitu memberi. Memberi didasari oleh satu kenyataan bahwa kita bisa memberi karena Allah yang telah terlebih dahulu memberi kepada kita. Allah kita adalah Allah yang “kasih setia-Nya tak berkesudahan, tak habis rahmat-Nya dan selalu baru tiap pagi” (Rat. 3:22-23). Oleh karena Allah adalah seperti inilah yang bisa memampukan kita untuk memberi. Pertanyaan selanjutnya adalah, “Apa dan kepada siapakah kita memberi?” Ternyata Alkitab mengajarkan kita bahwa diri kita sendirilah yang harus kita berikan terlebih dahulu kepada Tuhan dan kemudian Tuhan akan memakai-Nya untuk pelayanan kasih-Nya (2 Kor. 8:5). “Apa tujuannya?” Sama seperti yang diajarkan Yesus, bahwa Dia mau memberikan kuasa-Nya untuk kesembuhan dan mujizat (Mrk. 5:30-34;42a) untuk membuat orang takjub (Mrk. 5: 42b) kepada Tuhan Yesus, sehingga hanya nama Tuhan yang dipermuliakan.
Apakah memberi sudah menjadi gaya hidup kita? Memberi uang, tenaga, waktu, dan pikiran memang adalah sesuatu yang baik. Yesus pun mengajarkan ini kepada para murid-Nya (Mat. 25:35-36), ini mengindikasikan bahwa Yesus mengajarkan kita untuk melakukan tindakan amal yang baik. Tapi pengajaran Alkitab yang terpenting untuk kita renungkan adalah, “Sudahkah kita memberi hidup kita untuk melayani Dia? Sudahkah pemberian diri dan tindakan amal itu kita lakukan untuk membuat orang takjub pada Tuhan? Atau justru sebaliknya, tujuan tindakan memberi itu dilakukan untuk membuat orang takjub kepada diri kita sendiri?” -RFP-