Ada lagu lama yang dahulu sangat digemari dan sering dinyanyikan, liriknya seperti berikut :
Saya mau ikut Yesus….saya mau ikut Yesus sampai s’lama-lamanya.
Meskipun Saya susah, menderita dalam dunia,
Saya mau ikut Yesus….sampai s’lama-lamanya.
Bila direnungkan lirik dari lagu ini, apakah tidak terkesan emosional. Siapa sih yang mau mengikut Yesus tetapi menderita. Dan rupanya seiring berjalannya waktu pertanyaan ini terjawab. Lagu ini terasa usang karena teologia yang dibangun dari lagu-lagu sekarang adalah tentang kesuksesan, kekuasaan dan keajaiban Tuhan.
Berbicara tentang mengikut Yesus, sesungguhnya kita sedang berbicara tentang komitmen yang merupakan suatu keputusan pribadi dengan hati yang teguh. Oleh sebab itu lagu Saya Mau Ikut Yesus dapat dilihat sebagai sebuah pernyataan komitmen. Meskipun susah dan menderita dalam dunia ini namun menjadi suatu konsekwensi yang harus dihadapi dari sebuah komitmen yang diambil.
Yesuspun terhadap orang-orang yang ingin mengikuti Dia tidak hanyut begitu saja dengan pernyataan-pernyataan yang diungkapkan. Justru terhadap mereka yang dengan sesumbar mengatakan: “Saya mau ikut Engkau kemana saja Engkau pergi”, Yesus tidak menyuguhkan sesuatu yang menjanjikan tetapi sebaliknya sesuatu yang tidak menyenangkan; “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Bahkan lebih dari itu Yesus menuntut komitmen dari mereka yang ingin mengikut Dia yakni menanggalkan segala kepentingan dan keinginan diri sendiri. Bagi Yesus hal mengikuti dan menjadi muridNya merupakan suatu komitmen yang tidak bisa ditawar.
Lalu bagaimana agar kita bisa menjaga komitmen dengan baik, meskipun keadaan mungkin tidak menyenangkan. Yang pertama ingat akan kebaikan Tuhan, kedua milikilah hati yang mengasihi Tuhan, ketiga berani bayar harga, serta keempat hidup dalam kekinian dengan perspektif masa depan, yakni hidup dengan berorientasi pada kedatangan Tuhan yang kedua kali. Sekarang…bagaimana dengan hidup kekristenan saudara, masih adakah komitmen dalam diri saudara atau hidup kekristenan saudara sudah berorientasi kepada yang lain….hanya saudara yang bisa menjawabnya dan Tuhanlah yang tahu kedalaman hati saudara. (JS)