GKI Peterongan

Menjaga Perkataan, Mengikut Tuhan

Terkadang saya berpikir, apakah lidah memiliki otak sendiri. Bagi yang mengerti biologi atau yang menempuh jurusan kedokteran, tolong bantu jelaskan pada saya: apakah lidah punya otaknya sendiri? Karena kelihatannya, kata-kata bisa meluncur begitu saja bahkan sebelum seseorang sempat memikirkannya! Di mana kata-kata itu dihasilkan? Otak yang mana yang dipakai untuk mengolah hal itu?

Ya, saya masih percaya bahwa otak kita hanya satu, yaitu yang terletak dalam tempurung kepala kita ini. Karena itu, paragraf di atas sengaja saya hadirkan untuk menuntun kita dalam introspeksi yang lebih dalam, apakah selama ini kita membiarkan kata-kata dilepaskan begitu saja tanpa adanya kehati-hatian. Padahal, kata-kata itu dapat memberi dampak yang serius. Yakobus dalam suratnya di pasal 3:1-12 menegaskan bahwa kata-kata yang dihasilkan oleh lidah dapat membangun sesuatu tetapi juga dapat menghancurkan. Tidak hanya bagi orang-orang dan dunia di luar dirinya, tetapi juga bagi orang yang mengeluarkan kata-kata itu.

Jadi haruskah kita diam?
Percayalah, diam bukan pilihan.
Apalagi, di tengah perkembangan teknologi informasi yang semakin maju, setiap orang seakan dipaksa untuk berbicara. Tidak hanya langsung melalui lidah kita, kita dipaksa untuk berbicara melalui personal chat, group chat, videocall, vlog, kolom komentar, caption, story, dan lain sebagainya. Diam saya rasa tidak lagi menjadi pilihan.

Karena itu, marilah kita kendalikan perkataan kita. Kita tidak bisa terus menerus membiarkan lidah kita berbicara sekenanya, seenaknya, sehingga suatu waktu kata-kata kita bisa begitu manis dan indahnya, dan di lain waktu begitu kotor dan jahatnya. Meminjam kata-kata Yakobus, adakah satu mata air mengeluarkan sekaligus air tawar dan air pahit? Selama ia mengeluarkan air pahit, itu artinya mata air itu tidak jernih lagi, alias kotor. Begitu juga dengan diri kita. Pastikan kita memiliki lidah seorang murid, yaitu lidah yang terkait erat dengan telinga yang tajam untuk mendengar suara Tuhan, supaya perkataan kita – entah dalam dunia maya atau nyata – hanya memuat kata-kata yang baik, membangun, membawa kehidupan, dan memuliakan Allah. Dengan demikian, semua orang dapat melihat bahwa sungguh-sungguh kebenaran Kristus menjadi mata air yang terus memancar dari dalam hati kita, keluar melalui perkataan kita yang baik dan benar itu. (XND)

Pnt. Christnadi Putra Hendarta

-

Arsip