GKI Peterongan

Menyambut Kasih Karunia Allah

Bil 21:4-9; Efe 2:1-10; Yoh 3:14-21

Apa yang anda rindukan setiap pulang ke rumah? Ada yang menyambut. Betapa menyenangkan melihat pasangan atau anak-anak berteriak antusias: “Papa/mama pulang!” Bagi saya, peran seksi penyambutan dijalankan oleh kedua anjing peliharaan. Mereka selalu menggonggong, mengibaskan ekor dan mengangkat kedua kaki depannya untuk menyambut saya. Sang penyambut  rela berhenti sejenak dari keasyikannya, memfokuskan perhatian sepenuhnya kepada kita. Mereka memandang kita sangat berharga.

Begitulah seharusnya sikap kita menyambut kasih karunia Tuhan. Injil Yohanes memproklamasikan: Terang telah datang ke dalam dunia. Sayang, banyak orang  tidak menyambutnya (Yoh 3:19). Mereka pasif. Tetap berkanjang dalam perbuatan kegelapan. Anugerah yang tak disambut, bagai cinta bertepuk sebelah tangan! Ketika umat Tuhan diserang ular tedung di jaman Musa, Allah memberi solusi.  Musa diminta memasang tiang dengan patung ular tembaga sebagai simbol anugerah. Siapapun yang dipagut ular, tidak perlu lagi takut binasa. Anugerah keselamatan sudah tersedia, tetapi harus disambut. Orang harus memandang ular tembaga itu. Mengarahkan perhatian sepenuhnya pada sumber keselamatan, bukan pada ular tedung di sekitar. Percaya dan berharap pada Tuhan.

Setelah diselamatkan, anugerah Tuhan tetap perlu selalu disambut. Caranya? Dengan “melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya” (Efe 2:10). Itulah cara untuk  membuat Tuhan tersenyum puas meliha kita. Sama seperti kita tersenyum puas ketika melihat sang penyambut beraksi. (JTI)

Pdt. Juswantori Ichwan

Arsip