GKI Peterongan

Pengharapan Yang Terpenuhkan

Ketika seorang anak kecil baru bisa berjalan, seringkali ia akan pergi ke sana ke mari meninggalkan orang tua yang biasa menggendongnya, karena tertarik oleh hal-hal yang ada di sekitarnya. Namun ketika ia menemui hal-hal yang membuatnya takut, atau merasa capek, barulah ia kembali pada orangtuanya dan minta digendong lagi. Anak kecil tahu bahwa orang tua adalah satu-satunya pertolongan dan perlindungan yang paling aman bagi mereka, di tengah ketakutan yang dihadapinya.
Demikian pula halnya dengan kita. Pada saat hidup berjalan lancar, atau merasa masih mampu menyelesaikan persoalan sendiri, seringkali kita akan mencari jalan sendiri dan melupakan Tuhan. Barulah ketika ketakutan mencekam kita karena persoalan yang begitu rumit, atau saat sudah tidak ada lagi jalan keluar, kita datang kepada Yesus. Dia menjadi pilihan atau jalan atau ingatan terakhir atas persoalan kita.
Hal inilah yang dilakukan oleh Yairus, seorang kepala rumah ibadat dan seorang perempuan yang sakit pendarahan selama 12 tahun. Yairus mendatangi Yesus saat anak perempuannya hampir mati! Mengapa tidak dari awal saja saat sakit anaknya belum terlalu parah? Demikian pula dengan perempuan yang sakit pendarahan. Ia telah mendatangi banyak tabib dan berulang-ulang menjalani pengobatan, bahkan sampai menghabiskan semua harta miliknya untuk bisa sembuh dari penyakitnya. Di titik akhir itulah, saat ia merasa segala usahanya sia-sia, saat ia sudah kehabisan harta, barulah ia datang menjumpai Yesus. Apakah Yesus marah karena dijadikan jalan terakhir? Syukurlah, Ia tidak marah. Dia justru menerima kedatangan Yairus dengan lembut, dan terus membimbingnya untuk percaya. Terhadap perempuan yang sembuh karena memegang jubah-Nya, Yesus justru memuji iman perempuan tersebut.
Di dalam kehidupan ini, kita memang jauh lebih mudah untuk beriman dan percaya kepada Yesus di saat kita lemah dan tidak memiliki jalan keluar yang lain. Namun sebenarnya kita harus belajar untuk percaya dan mengandalkan Yesus di saat kita masih kuat, serta menjadikan Tuhan Yesus sebagai pertolongan pertama dan yang terutama dalam hidup kita. Jika di saat akhir saja Yesus mau menolong, bukankah lebih menyenangkan jika sejak dari awal kita menghadapi persoalan hidup bersama Yesus? Dalam suka maupun duka, tetaplah berjalan bersama Yesus, karena hanya Yesuslah satu-satunya sumber pengharapan bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya. (NES)

Nicholas Evan Setiawan

Arsip