GKI Peterongan

Pertobatan Sebagai Titik Balik Kehidupan

Beberapa tokoh politik di negara kita Indonesia, telah beberapa kali menyerukan “tobat nasional” sehubungan dengan adanya keprihatinan pada kemerosotan moral bangsa yang mengakibatkan krisis multi dimensi yang dampaknya sangat besar bagi perkembangan kehidupan bangsa di masa yang akan datang. Pertobatan yang benar-benar dilakukan tentunya akan memperlihatkan perubahan yang berdampak, setidak-tidaknya dalam ruang lingkup yang sempit yakni bagi pribadi petobat itu sendiri, dan dalam lingkup makro akan berdampak bagi kehidupan berbangsa.
Seorang yang bertobat pastilah merasakan sebuah pengampunan, dan berdasarkan pengampunan itulah sikap hidup seseorang dinyatakan. Hal inilah yang nyata terlihat dalam diri seorang perempuan berdosa yang mengurapi Yesus. Tidak mudah dengan stigma dan reputasi sebagai perempuan berdosa untuk masuk ke dalam rumah seorang farisi. Ia butuh keberanian untuk mengekspresikan kasihNya kepada Yesus. Begitu terharu hatinya ketika menjumpai Yesus sehingga ia menangis dan air matanya membasahi kaki Yesus. Menyadari hal itu, ia menyeka kaki Yesus  dengan rambutnya. Begitu besar penghormatannya kepada Yesus sampai-sampai ia merelakan rambutnya difungsikan sebagai lap pembersih. Ia juga meminyaki kaki Yesus dengan minyak wangi untuk rambut. Seolah minyak wangi itu hanya layak dipakai untuk mengurapi kaki Yesus. Betapa luar biasanya penghargaan wanita ini terhadap Yesus. Tindakan-tindakan cinta kasih perempuan ini begitu mengesankan dan menyentuh hati, dia telah memberi tanggapan yang begitu bebas, dia mengalami belaskasih Yesus dan hidupnya pun diubah. Setiap noda dosa, rasa bersalah dan malu, rasa takut, rasa tidak berharga samasekali, semua ini dibuang oleh Yesus jauh-jauh dari dirinya dan perempuan ini pun dipenuhi dengan cinta kasih dan rasa syukur yang sejati.
Lalu bagaimana dengan sikap Simon si-orang farisi terhadap Yesus? Sebagai tuan rumah, seharusnya Simon lah yang membasuh kaki Yesus, mencium Dia sebagai ucapan salam, lalu meminyaki kepala Yesus. Maka waktu Simon meragukan kenabian Yesus karena menerima perlakuan perempuan pendosa itu. Yesus mengajar melalui sebuah perumpamaan bahwa orang yang banyak kesalahannya, ketika diampuni akan lebih besar rasa syukurnya.
Simon hanya melakukan hal yang sewajarnya yang harus dikerjakan seorang tuan rumah tapi kita melihat perempuan ini melakukan perbuatan yang lebih dari batas sewajarnya dan yang paling penting, perbuatan itu keluar dari hati yang terdalam sebagai tanda ucapan syukurnya atas pengampunan dosa yang telah ia terima. Kesadaran ini, membuatnya mengasihi lebih daripada yang dilakukan orang lain. (JS)

Pdt. Jerdi Stevan

Arsip