Yes. 35:1-10; Mzm. 146:5-10; Yak. 5:7-10; Mat. 11:2-11
Akhir-akhir ini saya sering mencermati paham ateisme. Dahulu saya kira mereka sombong, bodoh, dan tidak pernah membaca Alkitab. Walau memang benar sebagian dari mereka tidak peduli dengan kebenaran Alkitab, sebagian lagi tidak mempercayai Tuhan karena mendapati apa yang mereka ‘pelajari’ tentang Tuhan tidak sesuai dengan kenyataan hidup sesehari. Sukacita mereka lenyap karena apa yang mereka harapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Tuhan ternyata tidak hadir secara nyata dalam hidup keseharian.
Yohanes Pembaptis memberitakan Yesus secara berapi-api, namun baginya kehadiran Yesus ternyata ‘berbeda’ dengan apa yang ia bayangkan. Minggu lalu kita mendengar nubuatannya (Mat 3:11-12) tentang Yesus yang gagah perkasa dan berkuasa menegakkan keadilan dan kebenaran. Tetapi mengapa dirinya kini malah dipenjarakan? Bukankah Sang Mesias yang konon gagah perkasa itu sudah datang? Tidak bisakah Dia berbuat sesuatu untuk dirinya? Harapan tentang Mesias mendadak pupus. Sukacita pengharapan akan datangnya Sang Pembebas mendadak pudar. Akhirnya Yohanes, lewat muridnya tak kuasa menahan tanya, “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?” (Mat 11:3).
Kenyataan hidup sering berbeda dengan apa yang kita harapkan. Apa yang kita harapkan dari orang lain bisa membawa kekecewaan mendalam. Apa sebenarnya yang Yesus janjikan dalam kedatangan-Nya? Pemulihan umat-Nya (Mat 11:5-6). Karena itu Yesus menantang (Mat 3:6) baik Yohanes maupun kita, untuk mengevaluasi ulang pengharapan mereka tentang Mesias, dalam terang pelayanan Yesus dan penggenapan firman Tuhan. Lalu kita perlu menyelaraskan pengharapan dan iman kita kepada-Nya. Janji indah pemulihan sejati, penggenapan rencana penebusan bagi umat-Nya, itu semua harus kita refleksikan dan selaraskan, dan kita nantikan dengan penuh kesabaran (Yak 5:7-10). Sukacita dan kegirangan karena pembebasan sejati (Yes 35:1-10), itulah yang kita nantikan dari kedatangan-Nya yang kedua kelak. Inilah pengharapan yang membuat kita mampu untuk terus bergemar, walau sedang berada di masa sukar. Bersoraklah, hai Israel, menyambut Sang Imanuel! (DAA)