GKI Peterongan

Tujuan Allah Dalam Panggilan UmatNya

Setiap manusia tentu mempunyai tujuan hidup betapapun kecil dan sederhana tujuan itu. Memiliki tujuan hidup menjadi sangat penting, karena tujuan hidup akan memberikan makna atau nilai dalam kehidupan manusia. Berdasarkan tujuan hidupnya, manusia bisa dikelompokkan menjadi 4 jenis, yaitu Pencari Kebahagiaan, Pencari Ketenangan, Pencari Kepuasan, dan Orang yang Tidak Punya Tujuan.

Bagi orang percaya tujuan yang ada dalam hidupnya tidak pernah berdiri sendiri akan tetapi memiliki keterkaitan yang erat dengan Allah. Rick Warren dalam bukunya “The Purpose Driven Life” (Kehidupan Yang Digerakkan Oleh Tujuan) mengatakan bahwa manusia tidak bisa sampai pada tujuan hidupnya bila memulainya dengan berpusatkan pada diri sendiri. Manusia harus mengawalinya dengan Allah sang pencipta. Manusia dijadikan untuk Allah, dan hidup berarti membiarkan Allah memakai manusia bagi tujuanNya, bukan sebaliknya manusia menggunakan Allah bagi tujuan hidup diri sendiri. Bahkan kalau kita melihat dalam pengalaman Nabi Yesaya, di sana nyata bahwa Allah memilih dia dan menjadikan dia sebagai hambaNya sudah sejak awal yakni sejak dari dalam kandungan dengan maksud penyelamatan bagi bangsa Israel. Dan karya penyelamatan Allah ini terus berlangsung hingga Perjanjian Baru di mana melalui Yesus Kristus Ia tetap mengikut sertakan manusia baik secara pribadi dalam diri para murid maupun secara kolektif dalam kehidupan jemaat Korintus dalam kerangka karya keselamatan yang universal.

Persoalannya adalah bahwa seringkali manusia tidak menyadari atau bahkan tidak melihat adanya panggilan Allah dalam tujuan hidupnya. Di sinilah titik permasalahan yang membuat manusia merasa tidak memiliki tanggung jawab apa-apa terhadap Allah. Bahkan yang sering terjadi dalam diri orang percaya adalah mereka ‘menggunakan’ Allah sebagai alat untuk mencapai tujuan dari kehidupan mereka. Jangan heran apabila kemudian kita melihat banyak orang-orang kristen yang sudah tidak lagi commit terhadap iman percaya mereka pada Allah, dan hidup tidak lagi berpusatkan pada Allah tetapi pada diri sendiri. Bagaimanakah dengan hidup saudara ? (JS)

Pdt. Jerdi Stevan

Arsip