Kita harus membenci dosa tetapi mengasihi orang yang berdosa sebagaimana Yesus mengasihi mereka. Sebagai orang Kristen, kebenaran ini tentu sering kita dengar dan kita menyetujuinya bukan? Tetapi pernahkah kita berhadapan langsung dengan orang yang hidup dalam dosa? Mereka bisa jadi adalah orang-orang yang dekat dengan kita. Bagaimanakah sikap kita terhadap mereka? Menyatakan kasih dan penerimaan serta menolongnya untuk mengalami perubahan atau justru muncul perasaan jijik yang disertai cibiran dan penolakan?
Pertanyaan ini merupakan pertanyaan reflektif yang perlu kita tanyakan kepada diri kita masing-masing. Hal ini karena tidak jarang orang-orang Kristen justru melupakan panggilannya untuk menyatakan kasih kepada orang berdosa dan menjadi “mahkamah agama” yang menghakimi sesama. Hal inilah yang sebenarnya dilakukan oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat ketika melihat Yesus berkumpul dengan para pemungut cukai dan orang-orang berdosa.
Oleh sebab itu, melalui perumpamaan tentang domba yang hilang dan dirham yang hilang (Lukas 15:1-10), Tuhan Yesus hendak menegur orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat ini sambil menyampaikan sebuah kebenaran bahwa Allah mengasihi orang-orang yang berdosa dengan mencari mereka. Selain itu, dari perikop ini kita juga dapat melihat bahwa Yesus memberikan teladan untuk mengasihi orang-orang berdosa dengan bersedia untuk menjalin relasi serta mengajar mereka. (TA)
Langkah awal untuk mengasihi orang berdosa adalah dengan menyadari bahwa sesungguhnya kita pun adalah manusia yang berdosa
yang dikasihi oleh Allah.