Sebuah gereja…… haruskah menjadi eksklusif atau inklusif? Umat Kristen….. haruskah fanatik atau moderat? Di tengah kemajemukan negeri ini, ditambah dengan munculnya radikalisme dewasa ini, rasanya sangat tidak bijaksana jika kita – kaum minoritas – mengembangkan sikap eksklusif dan fanatik. Jika gereja mau tetap ada di Indonesia dengan kondisi baik-baik saja, bukanlah lebih elok kalau kita membuka diri selebar-lebarnya terhadap kelompok lain, bahkan bila perlu melebur dengan mereka? Jika kita mau tetap bebas melangkah di Indonesia, bukankah lebih baik kalau kita menghilangkan identitas kekristenan dan berhenti mengkritisi kelompok lain? Benarkah sikap-sikap demikian?
Perjanjian Lama menceritakan kehidupan orang Israel yang mirip dengan kehidupan pengikut Kristus di Indonesia saat ini. Selepasnya dari perbudakan di Mesir, umat Israel memasuki tanah Kanaan yang telah dihuni oleh berbagai bangsa asing yang tidak menyembah TUHAN. Perintah apa yang diberikan TUHAN kepada umat dalam menjalani kehidupan di tengah lingkungan semacam itu? Ada 2 macam perintah:
1. Ulangan 7:1,3-4 dan 10:20-21 → Tuhan memerintahkan umat untuk bersikap eksklusif (tidak kawin-mengawin dengan bangsa asing yang tidak menyembah Tuhan) dan fanatik (taat sepenuhnya hanya kepada Tuhan saja yang telah membebaskan mereka dari perbudakan).
2. Ulangan 10:17-19 → Tuhan juga memerintahkan agar umat mengasihi bangsa asing, sebagaimana Tuhan pun mengasihi mereka semua.
Melalui dua perintah tersebut kita mengerti bahwa Tuhan menghendaki umat untuk menjaga kemurnian diri agar tidak tercampur dengan keyakinan lain, namun bukan berarti kita bersikap tertutup kepada orang lain. Umat juga harus bersedia menunjukkan kepedulian dan kasih kepada orang-orang yang berbeda dengannya.
Sikap semacam itulah yang juga perlu kita lakukan di tengah kehidupan negara Indonesia yang majemuk ini. Gereja tetap harus menjaga ajarannya sesuai firman Tuhan dan menolong umat untuk memiliki keyakinan iman yang kokoh. Namun gereja juga harus hadir memberikan kontribusi kasih bagi masyarakat dan negara. Dalam momen HUT GKI ke-30 ini, marilah kita terus memikirkan apa yang dapat kita lakukan untuk mengukir narasi cinta bagi bangsa Indonesia tercinta. Selamat ulang tahun dan selamat berkarya Gereja Kristen Indonesia! (RKG)