Biasanya saat kita menempuh perjalanan untuk menuju ke suatu tempat yang jauh, kita sudah tahu ke mana tujuan kita dan apa yang akan kita lakukan di sana. Perjalanan yang panjang dan penuh tantangan pun kita rasa tidak menjadi masalah, saat kita membayangkan hal-hal yang indah dan bermanfaat yang akan kita lakukan di sana. Misalnya, para pendaki gunung yang menuju ke puncak gunung untuk melihat matahari terbit, atau seorang yang menempuh perjalanan jauh untuk memulai studi demi mewujudkan cita-citanya, atau saat kita pergi berlibur bersama keluarga. Apa yang akan kita lakukan di tempat tujuan kita bahkan juga menggerakkan kita untuk mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik, bahkan jauh sebelumnya.
Hari ini kita membaca tentang orang-orang Majus yang menempuh perjalanan dari Timur ke Yerusalem. Perjalanan mereka sangat jauh. Pada masa itu biasanya orang bepergian jauh tidak dengan berjalan kaki, melainkan dengan mengendarai binatang, yaitu keledai atau unta – dan menaikkan bekal bawaan mereka juga ke atasnya. Dari Timur, para Majus itu melihat bintang yang menandakan lahirnya seorang raja, oleh karena itu mereka memulai perjalanan mereka dengan membawa bekal yang diperlukan, yaitu persembahan untuk seorang raja. Setibanya di Betlehem, saat mereka berjumpa dengan Yesus, mereka bukan hanya mempersembahkan semua persembahan yang telah dipersiapkan itu, melainkan sebelumnya, mereka sujud menyembah Dia (ay.11).
Perjalanan kita saat ini tidak lagi sama dengan perjalanan orang Majus ke Betlehem. Perjalanan kita sekarang adalah dalam keseharian kita, untuk berjumpa dengan Yesus dalam hati kita melalui setiap peristiwa yang terjadi. Namun punyakah kita kerinduan yang sama dengan orang Majus itu, yaitu menyembah Dia dan mempersembahkan yang terbaik dari kita bagi Dia? Mengawali tahun yang baru ini, biarlah ini menjadi komitmen kita: kiranya setiap laku kehidupan kita setiap hari menjadi sebuah penyembahan di hadapn Tuhan dan menjadi sebuah persembahan sejati yang berkenan kepada-Nya. Selamat tahun baru! (HAS)