Setiap orang percaya pasti pernah memiliki pengalaman menerima kebaikan Tuhan. Entah itu sembuh dari penyakit, terhindar dari kecelakaan maut, atau kebutuhan yang dicukupi. Semua ini membuat kita terkagum-kagum: mata berbinar, hati meluap dengan kegembiraan, dan bibir tersenyum lebar.
Di dalam Alkitab tidak sedikit tokoh yang mengalami dan mempersaksikan karya-karya Tuhan di dalam hidupnya. Salah satunya adalah seorang pemuda yang buta sejak lahir (Yoh. 9). Hitam pekat merupakan pemandangan yang sangat akrab baginya. Dia tidak berani untuk bermimpi bisa melihat cerianya warna-warni dunia, karena bisa berujung pada keputusasaan ketika melihat kemustahilan. Apakah hal ini terus berlangsung seumur hidupnya? Tidak. Yesus sengaja menyembuhkan dia hingga bisa melihat. Gambaran hitam dunia berubah menjadi arsiran warna-warna tak jelas, lalu berkembang menjadi bentuk-bentuk bergerak. Dalam waktu tak terlalu lama, ia merasa dirinya masuk ke dalam dunia yang belum pernah dia masuki. Dunia penuh warna dan keindahan. Haleluya! Betapa senangnya pemuda ini ketika bisa melihat.
Apakah kisahnya berhenti sampai di sini? Tidak. Inilah yang perlu kita cermati bersama. Si pemuda ternyata tidak hanya mengalami sebuah mukjizat, namun dengan berani bersaksi kepada orang-orang di sekitarnya, walau dia mendapat tekanan. Ia menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk menceritakan siapa Yesus. Kisah ini berlanjut dengan perjumpaannya dengan Yesus. Ia menyatakan komitmen untuk percaya kepada-Nya.
Karya dan berkat apakah yang sudah Tuhan kerjakan di dalam hidup kita? Apakah semua itu hanya kita nikmati sendiri; berhenti pada kepuasan pribadi? Atau bersediakah kita dengan setia melanjutkan karya dan berkat yang sudah Tuhan nyatakan, sehingga karya dan berkatNya sampai juga pada mereka yang membutuhkan? (TA)