GKI Peterongan

Memilih Kehidupan

Dalam keseharian, manusia selalu diperhadapkan pada berbagai macam pilihan, mulai dari bangun sampai tidur kembali. Walau kita mengalaminya setiap hari, tidak sedikit dari kita yang menyatakan bahwa memilih bukanlah pekerjaan yang mudah. Apalagi jika kita mengalami masalah dan pergumulan hidup. Salah satu yang membuat memilih menjadi pekerjaan yang sulit adalah kekhawatiran jika kita salah/keliru dalam mengambil pilihan.
Kekhawatiran inilah yang menjadi keprihatinan Musa. Saat menghadapi berbagai persoalan, bangsa Israel seringkali keliru memilih solusi. Mereka lebih memilih solusi yang instan walau harus melanggar perintah Allah. Misalnya saja, mereka lebih memilih menyembah berhala dibandingkan bersandar pada Allah. Oleh karena itu, dalam pesan terakhir Musa kepada Israel, ia menantang mereka untuk memilih kehidupan kala diperhadapkan dengan berbagai masalah (Ul.30:19). Apa arti dari memilih kehidupan?
Berdasarkan sejarah bangsa Israel, kehidupan identik dengan anugerah pengampunan dari Allah. Tentunya kita ingat peristiwa jatuhnya Adam dan Hawa ke dalam dosa. Saat itu, seharusnya mereka langsung mati. Namun Allah membiarkan mereka tetap hidup. Kisah Nuh juga mengungkapkan hal serupa kala Allah memberikan kembali kehidupan pasca air bah yang mematikan. Dari kisah tersebut, kita bisa melihat kehidupan sebagai bentuk anugerah pengampunan dari Allah. Untuk mendapatkan anugerah ini, tentunya dibutuhkan sikap kerendahan hati di hadapan Allah, karena sesungguhnya kita tidak punya daya apa-apa. Oleh sebab itu, memilih kehidupan berarti memilih untuk selalu menjadi pribadi yang rendah hati dengan tidak menonjolkan diri sendiri.
Dalam Ulangan 30:20, Musa menyebutkan tiga karakter dari pribadi yang rendah hati. Pertama, mau mengasihi Tuhan Allah. Hal ini bisa kita lakukan ketika kita mengasihi sesama apa adanya (bdk. Mat. 25:40). Kedua, kita mau mendengarkan suara Tuhan. Mau mendengar artinya mau menerima masukan baru ke dalam diri kita. Hal ini dapat terjadi ketika kita mau belajar dan dikritik. Ketiga, berpaut pada Allah yang berarti konsistensi terhadap kebenaran Allah walau harus menanggung risiko.
Dengan demikian, ketika diperhadapkan pada berbagai pilihan hidup, pilihlah sesuatu yang bisa membuat kita tetap rendah hati. Saat itulah, kita sudah memilih kehidupan! (HAG)

Hizkia Anugrah Gunawan

Arsip