Berawal dari keinginan agar penginjilan kepada orang Tionghoa di pesisir Jawa dapat berjalan lebih efektif dan tepat sasaran, maka beberapa tokoh Kristen Tionghoa mendeklarasikan gereja khusus untuk orang Tionghoa dengan nama “Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee” (THKTKH).
Melihat pertumbuhan jemaat Tionghoa di Semarang yang menggembirakan, Salatiga Zending akhirnya memutuskan untuk mendewasakan bakal jemaat Kristen Tionghoa Semarang pada kebaktian khusus tanggal 7 April 1935 di gereja Zendingkerk. Dalam kebaktian pendewasaan itu dilakukan juga pentahbisan Pendeta yang pertama atas diri Ds. Liem Siok Hie. Peresmian berdirinya jemaat baru itu juga ditandai secara simbolik penyerahan 51 anggota keturunan Tionghoa (11 laki-laki, 40 perempuan) dan 18 anggota baptisan (12 laki-laki, 6 perempuan) dari Salatiga Zending kepada Ketua Perhimpunan Umat Kristen Tionghoa Semarang, sebagai jemaat baru yang resmi diberi nama : Gereja Kristen “Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee” Semarang.
Perkembangan jemaat memerlukan tempat yang lebih besar
Saat itu Gereja Kristen “Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee” Semarang belum mempunyai tempat. Bahkan persekutuan doa pada awalnya diadakan di rumah Liem Siok Hie di jalan Plampitan 31. Perkembangan jumlah jemaat memerlukan tempat ibadah yang lebih besar. Akhirnya kebaktian dilakukan dengan meminjam gedung Gereja Zendingkerk di Mlatentiangwi No. 27 (sekarang jalan Dr. Cipto No. 27). Baru tujuh belas tahun kemudian atas kemurahan Tuhan, THKTKH berhasil membeli tempat yang berlokasi di jalan Karangsaru No. 2. Peletakan batu pertama pembangunan gereja dilakukan oleh Ds. Liem Siok Hie pada tanggal 20 Agustus 1950. Dengan susah payah dan ketekunan, dua tahun kemudian pembangunan gedung gereja dapat diselesaikan. Pada tanggal 3 September 1952 dilakukanlah peresmian gedung gereja THKTKH Semarang di jalan Karangsaru.
GKI Semarang Karangsaru
Pada tanggal 01 Mei 1957 THKTKH Semarang berubah nama menjadi GKI Semarang Karangsaru, sesuai dengan hasil Sidang Synode GKI Jawa Tengah ke-6 di Purwokerto. Tuhan terus berkarya melalui anak-anakNYA dan GKI Semarang Karangsaru terus berkembang baik aktivitasnya maupun jumlah jemaatnya. Karena perkembangan jemaat yang pesat timbullah gagasan untuk tidak memusatkan kebaktian hanya di Karangsaru saja. Pemikiran untuk mengadakan kebaktian di daerah Semarang Timur dan Semarang Barat akhirnya diwujudkan.
Dari satu gereja berkembang menjadi tiga gereja
Dari satu gereja yaitu GKI Karangsaru kemudian berkembang menjadi tiga gereja yaitu GKI Beringin untuk Semarang Barat dan GKI Peterongan untuk Semarang Timur. Sistem sentralisasi yang semula diterapkan pada perkembangannya dianggap kurang mendukung pertumbuhan jemaat oleh sebab itu pada tanggal 1 Juli 1969 dimulailah proses desentralisasi (pembagian kerja secara administratif). GKI Semarang dibagi menjadi 3 rayon yaitu Rayon 1 Karangsaru, Rayon 2 Beringin dan Rayon 3 Peterongan. Perkembangan selanjutnya pada tanggal 6 Pebruari 1987 GKI Rayon 2 Beringin dan Rayon 3 Peterongan didewasakan sehingga menjadi GKI Beringin Semarang dan GKI Peterongan Semarang.
Dengan “pembagian” GKI Karangsaru menjadi 3 gereja dengan sistem “rayonisasi” ini, ternyata pelayanan dan perkunjungan kepada jemaat di ketiga rayon tersebut menjadi efektif dan efisien. Hal ini terbukti ketiga rayon tersebut berkembang menjadi tiga gereja yang mandiri. Hal lain yang tidak boleh dilupakan adalah dengan adanya tiga gedung gereja dan tiga rayon jemaat yang berbeda, maka ladang pelayanan dan Pekabaran Injil menjangkau wilayah Semarang yang lebih luas (tidak terpusat di sebuah tempat saja)
Tuhan terus bekerja dengan caranya yang Unik dan tak terselami
Begitulah Tuhan bekerja. Dengan cara-Nya yang unik dan tak terselami, Tuhan memimpin dan memberkati kita sebagai gereja-Nya, sehingga banyak jiwa baru dapat diselamatkan dan dimenangkan bagi Tuhan.
Tempat ibadah GKI Peterongan yang dimiliki pada tahun 1965 adalah salah satu wujud penyertaan Tuhan. Atas kemurahan Tuhan, pada tanggal 5 Januari 1962 Majelis Jemaat berhasil membeli sebuah rumah dan tanah seluas 2.410 m2 di daerah Semarang Timur, yaitu di jalan Dr. Cipto 310 (sekarang jalan Kompol Maksum 310). Tempat tersebut sebelumnya digunakan oleh YPAC. Proses pembelian dan pengosongannya memerlukan waktu dan perjuangan. Dengan kemurahan Tuhan, di tengah kesulitan dana yang ada, dilakukan pemugaran gedung gereja secara bertahap dari tahun 1965 sampai dengan tahun 1966. Peresmian gedung gereja sendiri baru dilakukan dalam kebaktian khusus tanggal 31 Oktober 1966 bertepatan dengan hari Reformasi, yang dilayani oleh Pdt. Tan Kiem Liong. Tanggal 31 Oktober 1966 tersebut kemudian ditetapkan sebagai hari jadi GKI Peterongan. Demikianlah kita dapat mengetahui secara singkat asal mula berdirinya GKI Peterongan yang berawal dari GKI Karangsaru.
Pdt. Samuel Dharmaatmadja yang ditahbiskan pada tanggal 26 November 1964 sebagai pendeta di GKI Karangsaru pada tanggal 31 Oktober 1966 memulai pelayanannya sebagai pendeta pertama di GKI Peterongan.
Jumlah jemaat terus bertambah dari tahun ke tahun sehingga gedung gereja tidak lagi memadai. Setelah dipugar beberapa kali dalam kurun waktu dua dasa warsa lebih, maka pada tanggal 6 Juli 1987 gedung gereja dibongkar total dan kebaktian sementara dipindahkan ke Gedung Pertemuan Betlehem dibelakang gereja. Pembangunan gedung gereja dapat diselesaikan pada tahun 1988 dan gedung gereja yang baru untuk pertama kalinya dipakai pada tanggal 1 Desember 1988.
Tuhan terus menambah jumlah jemaat GKI Peterongan dan Tuhan juga menambah jumlah pendeta yang ditahbiskan dari tahun ke tahun untuk melayani jemaatNYA.
Pentahbisan Pdt. Anna Johan tanggal 17 Juli 1990
Pentahbisan Pdt. Wibisono Siswanto tanggal 7 Juli 1992
Pentahbisan Pdt. Jerdi Stevan tanggal 5 September 1995
Pentahbisan Pdt. Juswantori Ichwan tanggal 1 Mei 2000
Pentahbisan Pdt. Ibu Rinta Kurniawati tanggal 29 Mei 2013
*Mulai tanggal 25 Januari 2010 Pdt. Anna Johan melayani dan diteguhkan di GKI Karangsaru.
*Pada tanggal 24 November 2014 Pdt. Wibisono Siswanto di Emeritasi.
*Mulai tanggal 1 Pebruari Pdt. Juswantori Ichwan mutasi pelayanan tugas khusus di GKI Samanhudi Jakarta untuk proyek revitalisasi ibadah BPMS GKI dengan jemaat percontohan (implementor) GKI Samanhudi Jakarta dan diteguhkan tanggal 26 Februari 2018.
Misi Pekabaran Injil
Pekabaran Injil dilakukan dengan membuka Pos Jemaat di Karanggawang pada tahun 1984 dan Pos Jemaat Pudak Payung pada tahun 2001. Dalam Kebaktian Khusus yang dipimpin oleh Pdt. Wibisono Siswanto M.Th. pada tanggal 29 Juni 2011 Pos Jemaat Karanggawang diresmikan sebagai Bakal Jemaat Karanggawang Semarang. Pengunjung Kebaktian saat ini sudah berjumlah lebih dari 100 jemaat. Melalui perjuangan dan proses yang panjang akhirnya Tuhan mengaruniakan kepada jemaat di Pos Jemaat Pudak Payung yang saat ini berjumlah 110 jemaat, lahan seluas 2.300 m2 yang terletak di jalan Perintis Kemerdekaan 19 Kabupaten Semarang. Dalam Kebaktian Khusus yang dipimpin oleh Pdt. Jerdi Stevan, M. Min. pada tanggal 6 Pebruari 2018 Pos Jemaat Pudak Payung diresmikan sebagai Bakal Jemaat Pudak Payung Semarang.
Pertumbuhan jemaat terus berlanjut
Pertambahan jumlah anggota jemaat dan meningkatnya kegiatan pelayanan menyebabkan lahan yang sudah ada di GKI Peterongan menjadi kurang memadai. Secara bertahap kesempatan untuk memperluas lahan pelayanan terbuka. Akhirnya GKI Peterongan secara bertahap membeli tanah dan bangunan di jalan Sompok 6 dan 8 pada tahun 2006 dan kemudian pada tahun 2011 membeli tanah dan bangunan di jalan Kompol Maksum 308.
Pada tahun 1966 jumlah anggota jemaat GKI Peterongan baru berkisar 500 orang dengan lahan gereja seluas 2.410 m2. Pada tahun 2011 telah berkembang menjadi 4.281 anggota jemaat dengan luas lahan +/- 6.651 m2.
Setiap tahap pembelian lahan tersebut tidak dengan mudah dilalui, masing-masing mempunyai pergumulannya sendiri. Negosiasi dengan pemilik, tawar menawar harga, jangka waktu pembayaran dan keterbatasan dana, semua membutuhkan pergumulan, doa dan pertolongan Tuhan. Dari waktu ke waktu Tuhan terus menggerakan hati anak-anakNYA untuk berpartisipasi, sehingga masa-masa sulit dapat dilewati.
Pada saat kita memperingati HUT ke-45 kewajiban untuk melunasi harga pembelian lahan jalan Kompol Maksum 308 belum selesai. Dengan iman kita terus melangkah dan berusaha. Mari kita menaikkan permohonan dengan ucapan syukur agar kekurangan harga pembelian tersebut dapat dilunasi pada waktunya.
Melihat ke belakang perjalanan sejarah GKI Peterongan menumbuhkan rasa syukur akan berkat dan penyertaan Tuhan pada jemaat GKI Peterongan. Betapa Tuhan telah memberkati jemaatNYA secara melimpah.
Melihat ke depan perjalanan yang harus kita tempuh, menyadarkan kita akan tugas panggilan sebagai jemaat GKI Peterongan, untuk mewartakan kabar keselamatan. Kiranya Tuhan menolong GKI Peterongan agar jemaat yang hidup serta menjadi gereja yang semakin relevan dan bermakna.
Sumber Pustaka:
Sejarah GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah: www.gki.or.id, 2010
Victor S. Winatayuda, Sejarah GKI Semarang Karangsaru, Semarang, 1996.
Data Majelis GKI Peterongan Semarang.