“Janganlah seperti orang bebal…”
“Sebab itu janganlah kamu bodoh…”
Dalam Efesus 5: 15-17 Rasul Paulus memperhadapkan dua fakta hidup: kehidupan orang bebal dan orang arif. Sebenarnya apa yang dimaksud bebal dan bodoh oleh Rasul Paulus? Apakah sama dengan bodoh secara intelektual? Menarik bahwa Rasul Paulus mengemukakan kata bebal dan bodoh dengan pemaknaan khusus. Bebal (asophoi) artinya tidak bijak, sedangkan bodoh (aphrones) di sini berarti tidak mau belajar (dari kesalahan). Sudah tahu salah, tetapi tetap dilakukan. Itu bodoh. Tidak bijak (bebal).
Siapa yang mau disebut bebal atau bodoh? Tentu tidak ada yang mau. Jadi, Paulus mengingatkan agar kita berusaha mengerti kehendak Tuhan, mumpung masih diberi kesempatan. Jadilah orang arif (bijaksana) sehingga dapat mempergunakan waktu/kesempatan dengan bijak. Dengan demikian, kita dapat senantiasa mengucap syukur, bahkan berkata seorang kepada yang lain dengan pujian, bukan kutukan. Betapa indahnya persekutuan yang demikian!
Suatu contoh lain tentang ke-bebal-an diperlihatkan kepada kita melalui bacaan Injil. Tuhan Yesus berusaha meyakinkan orang Yahudi yang bersungut-sungut mengenai kabar keselamatan lewat pengorbananNya. Tetapi mereka tidak mau percaya dan menyambut tawaran keselamatan itu. Mereka menolak karya kasih Allah. Mengeraskan hati. Inilah bentuk kebebalan.
Hari ini, kita mendapat undangan Tuhan untuk hidup berhikmat. Tidak menjadi orang bebal atau orang bodoh. Bagaimana caranya? Berusahalah mengerti kehendak Tuhan. Undang khusus itu tertera di Amsal 9:1-6. Ayo! Tuhan menanti dengan tangan terbuka. Siapa mau datang? -TBV-