Kel. 3:1-15; Mzm. 105:1-6,23-26,45; Rom. 12:9-21; Mat. 16:21-28
John Lambert Si ’Penjahat’ itu berdiri di hadapan Raja Inggris Henry VIII. Lambert dianggap oleh Uskup Agung Canterbury melakukan kejahatan karena lantang menantang pendetanya yang berkhotbah tidak sesuai Alkitab. Lambert menjelaskan kasusnya di hadapan keuskupan, para pengacara, para hakim dan para penonton. Dua pihak saling berargumentasi hingga Henry menjadi bosan dan memberikan pilihan kepada Lambert. Henry berkata, ’Setelah mendengar pengajaran dan argumentasi orang-orang terpelajar di sini tidakkah kau puas? Mana yang kau pilih hidup atau mati? Apa jawabmu?’ Lambert menarik nafas kemudian menjawab dengan penuh keyakinan, ’Aku menyerahkan jiwaku ke tangan Allah, tetapi aku menyerahkan tubuhku kepada kemurahan hatimu’. ’Engkau harus mati’ jawab Henry dengan penuh penghinaan.
Setelah dinyatakan bersalah karena dianggap mengajarkan ajaran sesat, Lambert dibakar di tiang pembakaran. Lambert tak gentar menghadapi kematian yang perlahan dan menyakitkan itu. Sementara tubuhnya terbakar, ia mengangkat tangannya menyembah Allah dan berkata, ’Hanya Kristus! Hanya Kristus’.
Kita sering diperhadapkan pada berbagai pilihan. Dan kecenderungan kita memilih hal-hal yang berorientasi pada kepuasan dan kepentingan diri sendiri serta rendah risiko. Acapkali, kita bersikap seperti para murid yang hanya berfokus pada diri sendiri. Mereka tak rela Yesus menempuh jalan sengsara dan kematian. Akibatnya Yesus menghardik mereka dengan keras, ’Enyahlah engkau iblis’.
Seperti Musa berani mengambil risiko meninggalkan zona nyamannya untuk menyelamatkan bangsanya dari perbudakan di Mesir. Yesus rela menderita dan mati untuk menanggung dosa dunia. John Lambert dan orang-orang percaya lainnya yang rela mati demi kebenaran, demikianlah kita harus bersikap sebagai orang yang memercayai Allah. Kita harus berani menanggung risiko untuk sebuah kebenaran walaupun nyawa taruhannya. Kita harus percaya Allah bersama kita. Amin – PRB