2 Petrus 3:8-15, Markus 1:1-8
Sudah tidak terasa kita memasuki minggu Adven kedua. Kalau kita boleh jujur, kita seringkali memandang minggu Adven hanya pertanda bahwa Natal sudah dekat. Dengan begitu, masa liburan dari pekerjaan dan anak sekolah pun juga sudah mendekat. Itu berarti sudah saatnya pula merencanakan liburan ke mana tahun ini. Minggu Adven juga merupakan masa bagi panitia Natal bersiap-siap untuk sibuk menyambut perayaan Natal. Padahal, Adven bukan hanya sekadar pertanda pesta perayaan Natal yang hingar bingar, apalagi memikirkan untuk liburan. Adven merupakan masa kita mengenang kedatangan Yesus Kristus datang ke dunia dalam wujud bayi mungil, tetapi juga masa penantian akan kedatangan-Nya yang kedua kali ke dalam dunia kelak.
Adven bagi kita merupakan masa untuk mengingat dan bersiap sedia menyongsong kedatangan Yesus yang akan datang. Lawan dari sikap bersiap-siap adalah sikap menunda-nunda. Banyak orang menunda pekerjaan, menunda untuk berobat, menunda saat untuk melayani, menunda untuk dibaptis/sidi, bahkan menunda untuk bertobat. Dibalik sikap menunda ada keyakinan bahwa kita memiliki waktu yang tidak terbatas. Seakan-akan kitalah yang mempunyai kehidupan. Kita yang mempunyai waktu. Kita berpikir masih banyak kesempatan. Padahal umur dan kesempatan yang Tuhan berikan pada manusia terbatas dan bisa habis sebelum kita sadari. Tuhan begitu bersabar kepada kita, menunggu kita melakukan pertobatan dan pembaruan diri agar kita semua diselamatkan (2 Petrus 3:9).
Ketika Yohanes Pembaptis muncul, ia berseru-seru: “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu” (Markus 1:4). Menariknya, orang-orang yang pada saat itu mendengar langsung memberikan diri dibaptis oleh Yohanes, baik orang dari Yudea maupun Yerusalem. Hal itu tidak akan terjadi jikalau mereka tidak mau mendengarkan seruan itu, tetapi justru mereka mau mendengarkannya sehingga ada dorongan untuk percaya dan memberi diri dibaptis. Ini merupakan respon yang harus kita contoh dalam kehidupan kita. Ketika Tuhan berseru, berbicara, menyatakan firman, maka kita mesti memberi diri mendengar, bukan menutup diri atau mengabaikannya. Kita perlu memiliki hati yang peka untuk bisa tanggap terhadap sapaan, teguran, dan panggilan Tuhan. Kepekaan hati lantas perlu diwujudnyatakan dalam bentuk memperbarui diri tanpa menunda-nunda. Oleh karena itu, marilah kita sambut minggu Adven kedua ini dengan mengisi hidup kita dengan penuh kewaspadaan dan mempersiapkan diri dengan pembaruan hidup dalam menyambut kedatangan-Nya yang kedua kali. (DI)