“Doa adalah nafas kehidupan.” Kalimat tersebut pasti familiar di telinga kita. Kalimat tersebut berarti kehidupan umat Kristen tidak bisa terlepas dari doa. Sebagai cara kita berelasi dengan Allah, doa menjadi sarana untuk mengucapkan, menceritakan apa yang sedang kita pikirkan. Ketika senang, sedih, atau banyak masalah sedang kita hadapi, kita menghadap Allah melalui doa. Akan tetapi, seringkali doa juga menjadi daftar permintaan yang kita ajukan kepada Allah. Dari perasaan-perasaan yang kita alami, ada saja yang kemudian kita minta kepada Allah. Selain itu, yang kemudian kita harapkan adalah keinginan yang terbaik menurut kita sebagai manusia. Dengan demikian, doa kita tidak lagi menjadi doa yang tulus.
Di dalam bacaan kita hari ini dikatakan, “Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni” (Ibrani 10:22), yang menunjukkan bagaimana seharusnya kita sebagai umat Allah ketika datang kepada-Nya. Oleh karena kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat, berarti kita telah dibersihkan dari keinginan-keinginan kita sebagai manusia. Dibebaskan dari hati nurani yang jahat berarti seharusnya perasaan mementingkan diri sendiri sudah tidak ada di dalam diri kita.
Menghadap Allah dengan hati tulus berarti tidak lagi lebih mementingkan permintaan-permintaan dan jawabannya, namun ucapan syukur yang datang dari hati serta keberserahan penuh kepada Allah. Berserah kepada apapun yang akan Allah lakukan di hidup kita, seperti yang juga Yesus telah lakukan, “… Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki” (Matius 26:39). Berserah pada keinginan terbaik dari Allah dan bukan dari kita sebagai manusia. Menghadap Allah dengan hati tulus berarti mengandalkan Allah sepenuhnya di dalam hidup kita. Seberapa tuluskah hati kita saat ini saat menghadap Allah di dalam doa? Ataukah doa-doa kita saat ini hanya berisi permintaan-permintaan tanpa makna dan penghayatan? (KKD)