‘Ku tak mau hidup percuma, tiada artinya
Tolong ‘ku giat Tuhan, gunakan tiap waktu
Menyenangkan hati Tuhan, inilah doaku
Mohon Tuhan kuatkan, ‘ku mau setia s’lalu
Sebuah lagu lawas dengan lirik yang sederhana, namun sarat makna. Sang penulis memiliki kerinduan agar hidup yang dijalaninya tidak sia-sia. Tentu demikian pula dengan akhir hidupnya. Bagaimana agar hidupnya tidak percuma/sia-sia? Dengan menggunakan setiap waktu untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan hati Tuhan. Apakah itu? Mestinya melakukan apa yang Tuhan inginkan dan ajarkan. Seperti halnya dengan relasi antara orangtua dan anak. Tidak ada hal lain yang lebih menyenangkan bagi orangtua selain mendapati anak-anaknya taat pada segala yang diajarkannya dan melakukan hal-hal baik yang membanggakan.
Hal ini bertolak belakang dengan seorang kaya yang diceritakan dalam perumpamaan Tuhan Yesus (Lukas 12:16-21). Selama hidupnya ia tidak berpikir bagaimana menyenangkan Tuhan, melainkan menyenangkan dirinya sendiri. Ia terus menumpuk hartanya dan berpikir semuanya itu akan memberikan kebahagiaan dan ketenangan bagi jiwanya. Terhadap orang semacam itu, firman Allah menyatakannya sebagai orang bodoh (ay.20). Ia lupa bahwa meskipun ia berkuasa untuk mengumpulkan segudang harta, namun ia sama sekali tidak berkuasa atas nyawanya. Ketika Tuhan tentukan nyawanya hilang saat itu juga, lalu buat apa semua harta yang telah ia kumpulkan itu? Berita buruknya, ia tidak bisa menikmati hartanya di dunia, dan juga tidak bisa menikmati kebahagiaan sorgawi karena ia menjalani hidup yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Tidakkah semuanya itu sebuah kesia-siaan?
Marilah kita menjalani hidup ini dengan bijaksana. Manusia butuh uang, namun jangan sampai hati kita terpikat olehnya. Ingat, Tuhanlah yang berdaulat atas hidup kita; bukan uang. Dialah yang menjadi penentu dan jaminan kebahagiaan kita di bumi maupun di sorga. Saat Ia datang kelak, Ia tidak akan pernah menanyakan seberapa banyak harta yang kita miliki atau seberapa banyak penderitaan yang kita alami. Namun pertanyaannya adalah “Adakah Ia mendapati iman di bumi?” (Lukas 18:8b). Ketika kita punya atau tidak punya banyak harta, apakah kita akan tetap percaya kepada Tuhan dan melakukan hal-hal yang menyenangkan hati-Nya? Selamat menjalani hidup yang berkenan bagi Tuhan sampai akhir. (RKG)