Mungkin kita masih asing dengan istilah ugahari. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ugahari berarti sedang, atau sederhana. Gaya hidup ugahari bukan bicara soal banyak sedikitnya harta yang kita miliki, namun bagaimana kita menjalani hidup ini dengan sederhana atau bersahaja. Meskipun memiliki banyak uang, namun tidak menggunakannya dengan boros untuk membeli apapun yang kita senangi. Atau saat kita merasa memiliki sedikit uang, tidak perlu minder karena tidak bisa memiliki barang-barang bagus seperti orang lain. Sayangnya, gaya hidup semacam ini semakin sulit untuk dijalani. Budaya konsumerisme sudah merasuk ke seluruh lapisan masyarakat dan segala lapisan usia. Orangtua yang dulu hidup serba susah, ketika sekarang menjadi sukses, seolah kalap untuk membeli segala sesuatu yang dulu tidak pernah bisa ia raih. Anak-anak yang hidup bersama orangtua demikian pada akhirnya mewarisi gaya hidup mewah sehingga sulit menghargai hal-hal yang sederhana. Banyak orang pada akhirnya menjadi serakah dan makin banyak pula yang menjadi miskin karena kalah dalam persaingan.
Mahatma Gandhi mengatakan, “Dunia ini menyediakan cukup untuk kebutuhan (need) semua orang, namun tidak akan cukup untuk memenuhi keserakahan (greed) semua orang”. Gandhi menyadari bahwa manusia sulit untuk merasa puas, sekalipun banyak kesenangan yang sudah ia capai. Semakin manusia mendapatkan apa yang menjadi keinginannya, semakin besar semangat untuk mencapai hal-hal baru yang membuat dirinya terlihat semakin hebat; bagaimanapun caranya!
Oleh karena itu Tuhan Yesus mengingatkan kita melalui perumpamaan orang kaya yang bodoh (Lukas 12:13-21). Pada saat orang itu merasa nyaman dengan segala harta yang ia miliki, firman Allah berkata, “Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?” Kita harus ingat bahwa yang paling berkuasa di dunia ini bukanlah harta, melainkan Tuhan. Maka menjalani hidup secara ugahari mengingatkan kita untuk tidak bergantung pada harta, melainkan hanya kepada Tuhan saja, Sang Pemilik kehidupan ini. Selain itu juga mengajak kita untuk peduli dan berbagi dengan orang lain, bukannya malah serakah untuk menguasai segala hal dan menindas atau menghina orang lain. Bimbinglah anak cucu kita untuk memiliki gaya hidup ugahari sedari dini. (APD)