Salam sahabatku,
Aku menuliskan surat ini padamu, karena aku mau menceritakan apa yang baru saja aku lihat siang tadi. Di bawah terik mentari yang begitu menyorot, aku melihat dia. Seorang yang bernama Yohanes berseru-seru di tepi sungai Yordan. Dia terlihat seperti nabi! Aku bisa merasakan Roh Tuhan ada padanya. Aku langsung teringat akan nubuat tentang nabi yang diutus menjelang hari Tuhan. Tetapi, Nabi Yohanes segera meyakinkan semua orang bahwa dia bukanlah Mesias ataupun Nabi Elia. Ia hanyalah “suara yang berseru-seru di padang gurun.” Nabi Yohanes sama sekali tidak berusaha menonjolkan diri. Ia terus menerus menunjuk pada seseorang lain yang ia sebut dengan sebutan “Dia.” Menurutnya, “Dia”-lah Sang Terang itu, sedangkan Nabi Yohanes sendiri hanyalah pewarta dari Sang Terang itu.
Dan lagi, tentang apa yang ia kerjakan. Ia menyebutnya sebagai “baptis.” Ia mencurahkan air di atas kepala orang-orang, seperti tindakan membersihkan. Kau tahu, aku baru saja tersadar, ini seperti apa yang dikatakan Nabi Yehezkiel: “Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu.” Kau tahu ini artinya apa, sobat? Ini artinya bangsa kita akan dipulihkan oleh Tuhan! Air yang dicurahkan menjadi simbol pemulihan, dan itulah yang ia wartakan. Bahkan mungkin sesuatu yang lebih besar lagi, karena Nabi Yohanes mengatakan, “Dia” akan membaptis orang-orang dengan Roh Kudus. Akhirnya sobat, seru doa kita didengarkan oleh Tuhan! Kita sedang dipulihkan Tuhan!
Semua ini membuatku berpikir, kawan. Kita sudah lama tidak mendengar berita ini. Kita sudah terlalu lama menganggap Tuhan tidak lagi peduli terhadap kita. Padahal, Ia tengah bekerja untuk memulihkan keadaan kita. Kalau begitu, kurasa sekarang adalah tugas kita untuk melanjutkan berita ini. Karena masih banyak yang seperti kita, terus bergumul dengan dosanya, terus terperangkap dalam beban persoalan, dan terus menunggu Tuhan menjawab doa-doanya. Belum lagi kalau kita melihat bangsa kita. Menyedihkan! Sana-sini bertikai, semua berebut kekuasaan, menumpuk harta. Bahkan pemuka agama kita, tidak semuanya bertindak benar. Karena itu, kita harus lakukan ini: di manapun kita berada, kita mau jadi seperti Nabi Yohanes yang membawa kabar baik, bukan kabar buruk. Membawa pemulihan, bukan menambah luka-luka.
Dari yang mengasihimu,
Sahabatmu.