Banyak orang mengingini gaya hidup yang materialistis, konsumtif, dan hedonis. Paradigma ini juga menjangkiti orang-orang Kristen dan mempengaruhi dasar teologis mereka. Sudah bukan rahasia lagi kalau banyak orang mengikut Kristus hanya untuk mengejar berkat berupa harta duniawi. Maka muncullah teologi-teologi yang menyimpang seperti teologi kemakmuran. Mereka telah salah fokus, sebab yang mereka kejar hanyalah sebuah harta yang fana, bukan harta yang sesungguhnya.
Hal inilah yang dikritisi oleh Yesus. Suatu kali Yesus bersama para murid-Nya berangkat ke seberang danau Galilea. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti-Nya. Ketika melihat orang banyak itu, Yesus berinisiatif untuk memberi mereka makan. Saat itu hanya ada lima roti jelai dan dua ikan. Lalu Yesus mengambil roti dan ikan itu, mengucap syukur, dan membagi-bagikannya kepada lima ribu orang lebih yang ada di sana. Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah Yesus lakukan, mereka mengakui Yesus sebagai “Nabi yang akan datang ke dalam dunia,” dan mereka ingin mengangkat Yesus sebagai raja. Orang banyak itu yakin bahwa mereka akan hidup makmur, sejahtera, dan penuh kelimpahan apabila Yesus menjadi raja mereka. Namun Yesus segera menyingkir dari sana, sebab Ia tahu bahwa orang banyak itu hanya berfokus kepada kenyamanan dan kenikmatan duniawi saja. Mereka ingin menjadikan Yesus sebagai raja demi perut kenyang semata. Saat Yesus menyingkir, para murid sedang menyeberangi danau Galilea. Lalu tiba-tiba laut bergelora karena angin yang kencang dan para murid pun menjadi ketakutan. Ketika para murid sedang ketakutan, Yesus menghampiri mereka dengan berjalan di atas air dan berkata, “Aku ini, jangan takut.” Kata “Aku ini” selalu diucapkan oleh Yesus untuk menunjukkan siapa Yesus sebenarnya, kata yang menggambarkan kehadiran nyata Allah dalam hidup manusia.
Di dalam kehidupan orang percaya, Yesus menginginkan kita untuk percaya kepada-Nya bukan demi harta dan kenikmatan duniawi semata, melainkan karena diri-Nya sendiri yang merupakan kehadiran nyata Allah dalam kehidupan ciptaan-Nya. Sebab yang paling penting adalah mengenal dan percaya kepada Yesus, serta belajar mengasihi-Nya. Alasan utama kita untuk percaya kepada Yesus bukan sekedar karena berkat-berkat-Nya, karena itu semua hanyalah bonus saja. Yang kita kejar adalah harta kekal yang sesungguhnya, yaitu pengenalan dan persekutuan yang indah dengan diri Yesus. (NES)