Yeremia lahir dan dibesarkan pada zaman pemerintahan Raja Manasye yang jahat. Ia memulai pelayanannya sebagai nabi bagi Yehuda pada tahun ke-13 pemerintahan Raja Yosia, dan ia ikut mendukung gerakan pembaharuan rohani yang dilakukan oleh Yosia. Namun gerakan itu tak menghasilkan perubahan yang sungguh – sungguh bagi bangsanya. Lalu ia mengingatkan bahwa jika tidak ada pertobatan nasional sejati, maka hukuman dan pemusnahan akan datang dengan tiba – tiba. Yeremia tak dihiraukan bangsanya, bahkan ia ditangkap, disiksa dan dibelenggu.
Farley seorang penulis mengatakan, ‘Tidak pernah manusia fana memperoleh beban yang begitu meremukkan. Sepanjang sejarah Yahudi tidak pernah ada teladan kesungguhan yang begitu mendalam, penderitaan tak henti – hentinya, pemberitaan amanat Allah tanpa rasa takut dan syafaat tak kenal lelah dari seorang nabi seperti halnya Yeremia. Tetapi tragedi kehidupannya ialah bahwa ia berkhotbah kepada telinga yang tuli dan menuai banyak kebencian sebagai balasan kasihnya kepada orang – orang senegerinya’.
Meski telah diperingatkan oleh Yeremia dengan keras agar mengandalkan Tuhan, bangsanya justru mencari perlindungan kepada Asyur dan Mesir. Tahun 612 SM Asyur dan Mesir dikalahkan. Ketika Babel dibawah pemerintahan Nebukadnezar, Yerusalem direbut dan sekitar 10.000 orang Yahudi ditawan ke Babel. Puncaknya tahun 586 SM Yerusalem dihancurkan dan sangat dipermalukan. Semua ini terjadi karena nubuat Yeremia tentang hukuman Allah atas ketidaktaatan tidak diperhatikan.
Nubuat Yeremia yang mengatakan, ‘terkutuklah orang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri’ menjadi kenyataan dalam kehidupan bangsanya. Yehuda yang keras kepala itu di tawan ke sana kemari oleh bangsa – bangsa lain. Selama itu pula kehidupan mereka tak mengenal tahun – tahun baik. Kontras dengan mereka yang mengandalkan Tuhan Yeremia menyebutnya diberkati dan seperti pohon yang ditanam ditepi aliran air, tak mengenal terik, yang daunnya tetap hijau dan tak berhenti menghasilkan buah.
Mereka yang hidup mengandalkan akan tetap kokoh dan jadi berkat meski hidup di tengah – tengah masa sulit dan pergumulan yang berat. – PRB