GKI Peterongan

Baptisan Sebagai Tanda

Pemahaman tentang baptisan sering kali menjadi kontroversi. Sebagian orang Kristen merasa tidak perlu dibaptis. Yang penting dia percaya kepada Yesus. Bukankah yang menyelamatkan adalah iman; bukan baptisan? Atau ada juga yang menunda baptisan dengan alasan belum siap. Ia menganggap jika sudah baptis maka hidupnya harus sempurna, padahal ia masih belum bisa melepaskan hal-hal duniawi yang menyenangkan baginya. Maka lebih aman baginya jika saat ini tidak baptis dulu, sehingga ia bebas dari berbagai tuntutan firman Tuhan. Tapi sebagian orang Kristen lainnya merasa baptisan itu sangat penting. Maka ia ingin segera dibaptis, bahkan kalau bisa tidak perlu ikut katekisasi supaya baptisan bisa lebih cepat dilaksanakan. Baginya jika sudah dibaptis, maka hidupnya aman karena sudah diselamatkan. Ia juga merasa sudah bebas dari berbagai tuntutan amalan agama karena ia yakin pasti masuk Surga. Nah, bagaimana dengan pemahaman Anda sendiri tentang baptisan?
Mari kita melihat pada peristiwa baptisan yang dialami Yesus (Matius 3:13-17). Pertama, ketika Yohanes Pembaptis berusaha menolak membaptis Yesus, maka Yesus berkata, “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah” (Mat 3:15). Ya, baptisan adalah kehendak Allah. Yesus yang menjalani kehidupan sebagai seutuhnya Allah dan sekaligus seutuhnya manusia, harus menerima baptisan sebagai wujud ketaatan-Nya pada kehendak Bapa. Maka kita sebagai manusia pun harus menuruti teladan itu. Tuhan memerintahkan baptisan kepada seluruh murid-Nya (Mat 28:19), maka kita wajib menjalaninya.
Kedua, setelah Yesus dibaptis terdengarlah suara dari Sorga mengatakan, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Mat 3:17). Karena Yesus taat, maka Ia berkenan kepada Bapa. Dalam Bahasa Indonesia Masa Kini, kata “berkenan” diterjemahkan “Ia menyenangkan hati-Ku.” Bagi manusia, baptisan merupakan langkah awal hidup dalam perkenan Tuhan, belajar untuk menyenangkan hati Bapa. Baptisan menjadi tanda pengingat bahwa kita sudah resmi menjadi milik Tuhan, maka kita rindu untuk terus belajar menyenangkan hati-Nya. Sebagaimana dikatakan dalam I Korintus 6:20 “Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” Selamat menjalani hidup dalam perkenan Bapa di sepanjang tahun 2017 ini. Tuhan Yesus memberkati. (RKG)

Pdt. Ibu Rinta Kurniawati Gunawan

Arsip