Dalam sebuah kebaktian, seorang pemimpin pujian mengatakan demikian, “Saudara-saudara, mari kita naikkan pujian dengan segenap hati agar Tuhan hadir di tengah-tengah kita saat ini.” Bagaimana pendapat Anda dengan kalimat tersebut? Sekilas kalimat itu terlihat baik karena mengajak jemaat untuk sungguh-sungguh memuji Tuhan. Namun jika kita cermati, maka akan nampak sesuatu yang mengganjal. Secara keseluruhan kalimat tersebut hendak mengatakan bahwa Tuhan akan hadir di tengah jemaat karena puji-pujian yang dinaikkan jemaat. Dengan kata lain, jemaatlah yang menjadi penentu atas kehadiran Tuhan dalam sebuah ibadah. Jika jemaat memuji dengan sungguh-sungguh maka Tuhan akan hadir. Tapi jika tidak, Tuhan pun tak akan hadir. Bukankah hal ini berarti sama dengan ritual pemanggilan arwah atau dewa-dewa? Roh-roh itu akan datang atau tidak tergantung pada apa yang dilakukan oleh manusia yang memanggilnya.
Bacaan-bacaan Firman Tuhan hari ini menyadarkan kita bahwa inisiator pertemuan antara Tuhan dan manusia bukanlah manusia, melainkan Tuhan. Kehadiran Tuhan bukan ditentukan tindakan manusia, namun berdasarkan inisiatif-Nya. Tuhanlah yang menjumpai Abraham dan Sara, yang mengunjungi Maria dan Marta, yang memanggil Paulus untuk menjadi rasul-Nya. Tuhanlah yang mengunjungi manusia berdosa, yang berprakarsa memperkenalkan dan menyatakan diri-Nya, yang berkenan menyerahkan diri-Nya menjadi tebusan bagi kita, serta yang memanggil kita untuk percaya dan melayani-Nya. Paulus mengingatkan Jemaat Kolose bahwa: Kristus ada di tengah-tengah kamu! (Kolose 1:27). Ya, Dia ada di tengah-tengah kita bukan karena kita memanggil-Nya lewat nyanyian atau doa. Dia selalu ada (hadir) di manapun kita berada. Sebelum ibadah dimulai pun, Tuhan sudah ada. Seusai ibadah Tuhan juga hadir. Dalam setiap saat kehidupan kita, Tuhan ada di tengah-tengah kita.
Bagian kita bukanlah menghadirkan Tuhan, tapi merespon kehadiran Tuhan. Tuhan rindu kita datang menghadap kepada-Nya seperti Maria yang mau duduk dekat kaki-Nya dan terus mendengarkan perkataan-Nya (Lukas 10:39). Tuhan sudah hadir. Tapi sanggupkah kita merasakan kehadiran Tuhan? Jika hati kita tenang dan fokus, maka kita dapat merasakan kehadiran dan sapaan-Nya. Tapi jika hati kita sibuk dengan banyak perkara dan sibuk mencari kesalahan orang lain (seperti Marta), maka kita akan kehilangan momen kebersamaan yang indah dengan Tuhan. Maukah kita menyambut kehadiran Tuhan dan menjumpai-Nya dengan hati yang tulus? (RKG)