GKI Peterongan

Masih Ada Jalan

Pernahkah Saudara berkendara dan ternyata perjalanan berujung di jalan buntu? Ketika mengalami hal tersebut, apakah Saudara akan berdiam diri di ujung jalan buntu tersebut sambil terus menangis karena merasa tidak bisa ke mana-mana lagi? Tentunya tidak demikian, kan? Kita masih bisa berputar arah atau memundurkan kendaraan sampai mendapatkan jalan terbuka hingga kita bisa melanjutkan perjalanan kembali. Ya, masih ada jalan meskipun kita menemui jalan buntu.

Bangsa Israel yang telah tinggal 430 tahun di Mesir sebagai budak merasa sudah tidak punya pilihan lain. Rasanya hidup mereka sudah buntu pada perbudakan, tidak mungkin menjadi bangsa yang merdeka lagi. Namun Tuhan tidak mengenal kamus kata buntu. Bagi-Nya selalu ada jalan yang terbuka. Di tengah keputusasaan bangsa Israel, Tuhan memberi pengharapan baru. Malam itu Tuhan akan mengutus malaikat-Nya untuk mengambil nyawa anak sulung dari orang-orang Mesir, agar mereka tunduk pada kuasa-Nya dan mengizinkan bangsa Israel keluar dari Mesir. Supaya anak sulung dari bangsa Israel luput dari ancaman maut tersebut, maka Tuhan meminta setiap keluarga untuk menyembelih domba atau kambing lalu mengoleskan darahnya di atas ambang dan kedua tiang pintu rumah (Kel 12:21-23).

Itulah Paska pertama bagi Israel. Darah domba yang tercurah membuka jalan bagi mereka untuk bebas dari perbudakan. Semua itu dilakukan oleh TUHAN atas semesta alam. Agar umat selalu mengingat akan kuasa dan kasih setia Tuhan ini, maka Tuhan meminta Musa berpesan kepada umat untuk memelihara ibadah itu secara turun-temurun saat mereka tiba di negeri asalnya. Mereka juga diminta untuk menceritakan kepada keturunan-keturunan selanjutnya mengenai tindakan yang dilakukan Tuhan dalam menyelamatkan mereka (Kel 12:24-28).

Masih ada jalan. Hal itu juga berlaku bagi kita di masa kini, sebab Tuhan masih terus berkarya dalam kehidupan umat-Nya. Tidak ada perkara yang tidak ada jalan keluarnya. Sayangnya, yang seringkali membuat sebuah masalah menjadi buntu justru diri kita sendiri, yakni ketika kita memilih untuk hidup dalam kemarahan atas masalah yang menimpa kita, atau memilih berhenti berharap kepada Tuhan dan berhenti mengerjakan hal yang baik. Tuhan mau agar kita terus mengarahkan hati kepada-Nya untuk memohon kemurahan-Nya dalam membuka jalan-jalan baru serta memberi kita kekuatan untuk melalui jalan tersebut. Tuhan Yesus memberkati dan menolong kita semua. (RKG)

Pdt. Ibu Rinta Kurniawati Gunawan

Arsip