GKI Peterongan

Bukan Aku yang Menentukan, Tapi Dia

William Williams (11 Februari 1717-11 Januari 1791) lahir dari keluarga petani sederhana di Pantycelyn Wales. Ia bercita-cita menjadi seorang dokter namun hal itu berubah di tahun 1736 ketika ia mendengar khotbah Howell Harris di Talgarth. William menjelma menjadi pemimpin rohani yang dikagumi, seorang pemimpin kebangunan rohani Gereja Methodist di abad ke-18. Ia dijuluki, ‘imam besar’ dari Wales dan menjadi tokoh rohani yang sangat disegani. William juga adalah seorang penulis lagu-lagu hymne yang sangat terkenal. Salah satu karyanya adalah lagu Kidung Jemaat 412, ‘Tuntun Aku Tuhan Allah’. Sebuah lagu yang lahir dari imannya bahwa ia bisa merencanakan sesuatu yang baik tetapi rencana dan tuntunan Tuhanlah yang terbaik. Seandainya William tak peka terhadap panggilan Tuhan dan menjadi seorang dokter sebagaimana ambisinya, mungkin namanya tak akan diabadikan sebagai figur rohani ternama di Chapel Llandovery Wales.
Paulus adalah tokoh muda Yahudi yang sangat disegani tetapi perjumpaannya dengan Yesus mengubah arah hidupnya. Ia rela kehilangan segalanya dan harus menghabiskan waktunya lebih banyak di penjara. Meski demikian ia tidak tawar hati. Ia justru mengubah penjara menjadi ladang misinya yang baru. Di penjara ia menuntun banyak orang datang kepada Kristus. Selain itu, dari balik jeruji besi ia menghasilkan karya-karya spektakuler yang dikenang sepanjang masa. Tiga per empat dari Kitab Perjanjian Baru lahir dari tangannya, sebagian besar ditulisnya dari balik penjara. Paulus menunjukkan bahwa siatuasi apa pun yang dialaminya tak mempengaruhi kualitas kerjanya. Karena dalam segala hal ia yakin bahwa Allah turut bekerja seperti yang dikatakannya dalam Roma 8:28, ‘Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia…’
Setiap kita pasti punya cita-cita, cita-cita yang terbaik dalam perspektif kita. Kita berusaha dan sekuat tenaga untuk meraihnya. Saat tidak tercapai, kadang-kadang kita kecewa dan marah. Tetapi mereka yang peka dan percaya pada rencana baik Allah akan bersikap sebaliknya. Ia pasti efektif dipakai-Nya. Ia tak akan kecewa dan marah saat menghadapi masa-masa sulit dan kegagalan, karena ia sadar bahwa Tuhan terlalu bijak untuk berbuat sebuah kesalahan. Pada Tuhan tak ada rancangan kecelakaan melainkan masa depan yang penuh harapan. – PRB

Pieter Randan Bua

Arsip