Setiap anggota keluarga adalah anugerah
Tidak ada dua orang yang persis sama di dunia ini, bahkan anak kembar pun tidak sama persis dalam hal sifatnya, keinginannya, talentanya, dan sebagainya. Setiap orang diciptakan berbeda, dengan potensi dan keberadaannya masing-masing, yang memang unik dan tidak untuk diperbandingkan. Kecenderungan orang tua yang secara sadar atau tidak sadar sering membanding-bandingkan anak-anaknya dapat menjadi sebuah pengalaman yang melukai hati anak. Selain itu, ada juga potensi persoalan terkait relasi persaudaraan di antara anak-anak yang sering diperbandingkan.
Setiap orang tua tentu memiliki harapan atau keinginan, akan menjadi seperti apa anak-anaknya kelak. Dengan harapan-harapan itu, kemudian orang tua mendidik dan membentuk karakter anak-anaknya. Sekalipun demikian, kondisi setiap anak tidak selalu mampu memenuhi standar harapan orang tuanya. Misalnya, anak-anak yang memiliki bakat seni merasa tidak sanggup untuk mengikuti kemauan orang tua untuk sekolah di bidang kedokteran. Anak-anak yang berprestasi dalam bidang olahraga mungkin ada yang tidak dapat memenuhi keinginan orang tuanya untuk mereka berprestasi di bidang akademik, sekalipun mereka telah berusaha keras untuk itu.
Hari ini kita diingatkan bahwa setiap anggota keluarga kita adalah anugerah yang Tuhan percayakan dalam rencana-Nya yang indah bagi masa depan kita yang penuh harapan. Betapapun berbedanya sifat dan potensi anak-anak kita, mereka masing-masing tetap berharga. Setiap anak adalah pribadi yang utuh, yang perlu kita rangkul dengan segala keunikannya, agar potensi-potensi yang baik dalam diri mereka dapat dikembangkan, dan persaudaraan di antara anak-anak kita pun terjalin dengan akrab. Dalam Kejadian 25 kita membaca bahwa Ribka dan Ishak terjatuh pada sikap memihak salah satu anak. Pada ayat 28 dikatakan bahwa Ishak sayang kepada Esau, sedangkan Ribka kasih kepada Yakub. Di kemudian hari, saat Yakub dan Esau sudah beranjak dewasa, suasana keberpihakan ayah pada anak yang satu dan keberpihakan ibu pada anak yang lain yang telah terbangun sejak anak-anaknya masih kecil ini ternyata berperan juga dalam memperumit masalah keluarga Ishak.
Mulai hari ini, lihatlah anak-anak kita sebagai pribadi yang utuh dalam segala keberadaannya. Pandanglah mereka sebagai anugerah Allah yang berharga, yang tidak hanya membutuhkan didikan dari orang tua, melainkan juga dapat membuat orang tua belajar banyak hal dan menjadi lebih bijaksana. Dengan saling menerima anggota keluarga dengan segala keunikannya, kita menghargai dan merawat anugerah Allah itu. Dan kiranya kita pun mampu mempertanggungjawabkan anugerah itu kepada Tuhan. (HAS)