GKI Peterongan

Hidup Penuh Semangat!

Pada tanggal 31 Oktober 2016 yang lalu, umat Kristen merayakan 499 tahun reformasi gereja yang diprakarsai oleh Martin Luther. Luther mengajukan 95 pernyataan protes terhadap praktik gereja yang ia rasa sudah melenceng dari kebenaran Firman Allah. Salah satunya mengenai penjualan surat pengakuan dosa (indulgensi) yang hasilnya digunakan untuk membangun Basilika Santo Petrus yang saat ini sudah berdiri megah di Vatikan. Itulah cita-cita dari gereja pada saat itu, membangun gedung gereja yang megah untuk menunjukkan ke-Mahabesaran Allah. Sayangnya, segala cara dilakukan untuk mencapai cita-cita tersebut, termasuk cara yang kotor sekalipun.
Manusia seringkali mengukur kebesaran Allah melalui materi yang berlimpah, termasuk soal gedung gereja yang megah. Gejala yang sama terjadi pada zaman Yesus. Bait Allah yang menjadi simbol kehadiran Allah dibangun dengan batu-batu yang indah dan berbagai barang persembahan sehingga membuat orang terkagum-kagum (Luk 21:5). Tentu saja ini tidak salah. Namun, jika ukuran ini yang digunakan, manusia tergoda untuk menyimpulkan kaum miskin dan kaum yang tidak sukses sebagai orang-orang yang tidak diberkati Allah, seperti yang terjadi pada si janda miskin di perikop sebelumnya (Luk 21:1-4). Dalam kondisi itulah, Yesus mengatakan bahwa Bait Allah akan diruntuhkan! Dengan kata lain, Yesus ingin menyatakan bahwa kesuksesan dan kekayaan bukanlah ukuran untuk melihat kehadiran Allah yang memberkati.
Prinsip inilah yang seharusnya dimiliki setiap orang yang memiliki pengharapan akan akhir zaman. Dalam ayat 12-17, Yesus menyatakan bahwa Allah juga hadir memberkati ketika kita mengalami penderitaan, penganiayaan, bahkan dibenci sekalipun. Jika kita merasa diri lemah dan menaruh pengharapan kepada Kristus, maka Ia menjamin “Tetapi tidak sehelaipun dari rambut kepalamu akan hilang” (Luk 21:18).
Oleh karena itu, apapun kondisi kita hari ini, yakinlah bahwa Allah sudah hadir di tengah-tengah kita. Kesuksesan dan kekayaan bukanlah ukuran untuk merasakan kehadiran Allah yang memberkati. Ia sudah meruntuhkan ukuran tersebut! Justru, Ia hadir melalui hal-hal yang kita anggap biasa: Ia yang terus memastikan bumi berputar sehingga tiap pagi kita bisa melihat matahari, Ia yang terus memberikan oksigen untuk kita bernafas, Ia yang selalu mempertemukan kita dengan orang lain untuk menemani perjalanan hidup kita. Rasakanlah kehadiran-Nya dalam hal-hal yang kita anggap biasa supaya kita tetap bersemangat untuk terus berjuang dalam hidup hari-hari ini karena ketika “…kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu.” (Luk 21:19). -HAG

Hizkia Anugrah Gunawan

Arsip