Dalam Kitab Perjanjian Lama kasih karunia diambil dari kata Ibrani yaitu khen. Khen artinya perbuatan seorang atasan (dapat juga Allah) yang menunjukkan kepada bawahannya kasih karunia padahal bawahannya itu tidak layak untuk menerimanya. Sedangkan dalam Perjanjian Baru diambil dari kata Yunani yaitu kharis dengan kata kerja kharizesthai yang dipakai untuk menunjukkan arti pengampunan dari manusia dan juga dari Allah. Dalam Perjanjian Lama Allah menunjukkan kasih-Nya dengan memilih Israel dan bapak – bapak leluhurnya bukan atas dasar jasa atau kebenaran dalam diri mereka melainkan atas dasar kasih karunia yang dimiliki Allah. Dalam Perjanjian Baru kasih karunia dihubungkan dengan kematian Kristus untuk orang – orang yang berdosa. Kristus pernah berkata bahwa Ia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang terhilang. Bahkan dari semua ajaran – ajaran dan perumpamaan yang diajarkannya sebagian besar mengajarkan tentang kasih karunia. Karena kasih karunia manusia berdosa dibenarkan dan diselamatkan.
Alkitab mengajarkan agar kasih karunia mewarnai kehidupan orang – orang percaya. Paulus dalam uraiannya mengungkapkan bahwa karena kasih karunia manusia diselamatkan, ‘Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman, itu bukan hasil usahamu tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu jangan ada orang yang memegahkan diri (Ef 2:8,9). Kasih dalam menurut Paulus adalah yang paling besar. Lebih besar dari iman dan pengharapan. Artinya walaupun seseorang memiliki segalanya bahkan membagi – bagikan segala miliknya dan menyerahkan dirinya untuk dibakar kalau tidak memiliki kasih, tidak ada artinya sama sekali. Kasih itu sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah, tidak menyimpan kesalahan orang lain, tidak bersukacita karena ketidakadilan, dll.
Kasih adalah ciri yang nampak jelas dalam diri mereka yang sadar akan kasih karunia Allah yang diterimanya. Mereka yang sadar akan kasih karunia Allah, buah – buah roh akan nampak dengan nyata dalam hidupnya. Ia akan mengasihi sesamanya tanpa batas karena ia sadar Allah mengasihinya tanpa batas. Ia akan menyatakan kasih itu kepada semua orang, karena ia sadar Tuhan telah lebih dahulu mengasihinya. Allah mengasihi kita tanpa batas, maka kita pun harus mengasihi tanpa batas. – PRB