Sadar atau tidak, kita dan banyak orang di sekitar kita sering kali merasa putus asa karena berbagai macam alasan, bahkan beberapa di antaranya sampai ingin mengakhiri hidupnya. Kerasnya kehidupan yang dialami terkadang membuat, kita merasa Allah telah membawa kita ke lembah keputusasaan, dan bahkan terkadang, keputusasaan yang kita alami tampak seperti tidak akan berlalu seperti yang pernah dikatakan oleh Yeremia: “Mengapakah penderitaanku tidak berkesudahan, dan lukaku sangat payah, sukar disembuhkan? ……..”.
Gambaran keputusasaan nampaknya juga terjadi dalam diri seorang janda Nain yang kehilangan anak laki-laki satu-satunya. Tampaknya selama perjalanan ke kubur, janda tersebut terus menangisi kepergian anak laki-lakinya. Anak laki-laki satu-satunya sebagai tumpuan hidupnya, kini telah tiada. Ia dapat membayangkan bagaimana status “janda” pada masa itu. Tidak aka nada yang peduli dan menanggung beban hidupnya. Sesungguhnya ia telah mati ketika masih hidup; kematian pengharapan!
Yesus mengerti bahasa air mata dan keputusasaan janda itu, hal ini ditunjukkan-Nya melalui belarasa sehingga Ia berkata, “Jangan menangis!” (Luk.7:13). Cukupkah hanya kata-kata penghiburan? Tidak! Belarasa-Nya ditunjukkan dengan mengabaikan peraturan larangan menyentuh mayat (Bil.19:16). Yesus rela menjadi najis selama tujuh hari demi berbelarasa pada si janda ini. Apakah hanya sampai di sini? Tidak! Yesus memberi kehidupan. Ia membangkitkan anak muda itu. Kebangkitan itu tidak hanya terjadi pada diri anak yang sudah meninggal, tetapi juga berdampak pada kembalinya pengharapan dari si janda di Nain ini. Orang banyak yang melihat karya mukjizat Tuhan Yesus yang dapat membangkitkan pemuda Nain tersebut memberikan suatu respon. Mereka segera memuliakan Allah sambil berkata: “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita, dan Allah telah melawat umatNya”. Bukankah ungkapan orang banyak tersebut yang menyaksikan karya bela-rasa Kristus diyakini sebagai wujud dari kehadiran Allah yang melawat umatNya yang menderita dan berputus asa ?.
Rindukah saudara mendapatkan lawatan Allah dalam kehidupan saudara saat ini ? Bila ya… marilah kita datang padaNya dengan iman dan pengharapan yang mungkin masih tersisa dalam hati. – (JS)