“Melekat pada Kristus” dapat kita artikan, “Benar-benar menempel pada Kristus sehingga tidak mudah lepas”, “Bergaul karib sekali dengan Kristus”, “Tertanam di dalam Kristus”, “Tetap terpaku pada Kristus”, “Hatinya selalu terpaut pada Kristus”.
Dalam gambaran tentang “pokok anggur” ini, Yesus mau mengatakan bahwa tidak ada hal otomatis dalam kehidupan beriman. Orang tidak cukup asal percaya saja atau punya garis keturunan tertentu lalu dengan demikian menjamin dirinya pasti selamat. Atau cukup satu kali menerima firman dan menyatakan pertobatan. Lebih jauh, Yesus mengingatkan bahwa kehidupan yang berbuah itu harus melekat “tinggal” di dalam Yesus. Sering orang merasa puas hanya datang dan mendengar firman Tuhan seminggu sekali, sebulan sekali atau setahun sekali. Bagaimana mungkin firman-Nya bisa tinggal dan menetap?
Ibarat ranting anggur yang hanya sesekali dapat nutrisi dari pokoknya akan mudah mengering. Ranting semacam ini pada saatnya akan dipotong, dibuang dan dibakar karena tidak ada gunanya lagi. Melekat harus dipelihara….contoh bila kita memotong dan melekatkan adenium kalau gak diperhatikan …kena hujan terus jarang kena panas…. dahannya busuk.. melekat saja tidak berbuah…bagaikan benalu….
Dengan begitu, ranting yang memiliki buah akan bisa tumbuh dengan nutrisi memadai. Dalam kehidupan orang percaya pun kadang Tuhan “memangkas” apa yang tidak diperlukan dalam hidup kita, supaya pertumbuhan kita menjadi fokus.
Bisa jadi saat pemangkasan itu kita berteriak kesakitan. Kita merasa ada yang hilang dalam kehidupan kita. Namun, dari sudut pandang “Si pemangkas”, ada tujuan baik, yakni semakin berbuah lebat, semakin merambat dan menghasilkan buah-buah bagi kemuliaan nama Tuhan. (WS)
Sudahkah kita berbuah? Jika belum, berati ada hubungan yang harus dibereskan dengan Kristus. Jika sudah, maukah kita terus berbuah? Jangan marah ketika Tuhan “memangkas” kita, itu semata untuk kebaikan kita!