Apakah Anda suka durian? Saya yakin banyak yang menjawab, “suka” atau bahkan “suka banget!” dengan wajah berbinar-binar. Mengapa Anda menyukainya? Bukankah kulitnya berduri dan menyakitkan jika mengenai kulit kita? Tentu saja para durian lovers akan langsung mengajukan pembelaan: “Kan kita tidak makan kulitnya, melainkan daging buahnya!” Ok, jadi kita bisa sepakat bahwa meskipun ada bagian yang tidak menyenangkan dari durian tersebut, namun banyak orang tetap menyukainya karena kita tidak memperhatikan kulitnya melainkan fokus pada bagian yang menyenangkan, yakni daging buahnya.
Nah, bagaimana jika ulasan mengenai durian tersebut kita kenakan pada manusia yang sering melakukan dosa alias pendosa? Bisakah kita abaikan perbuatan-perbuatannya yang tidak menyenangkan, dan fokus saja pada pribadinya? Mengabaikan bukan berarti menyetujui atau membenarkan tindakannya, melainkan tidak menjadikannya alasan untuk membenci seseorang. Hal inilah yang diteladankan oleh Yesus dalam perjumpaan-Nya dengan Zakheus (Lukas 19:1-10). Saat itu banyak orang Israel yang membenci Zakheus karena profesinya sebagai kepala pemungut cukai. Orang ini menjadi kaya karena memungut pajak yang berlebih-lebihan dari masyarakat Yahudi. Tentu saja hal ini membuat beban hidup rakyat yang sedang dalam penjajahan menjadi semakin berat. Tidak ada yang mau menjadi kawan bagi Zakheus, tidak ada yang mau dekat dengannya, apalagi sampai mampir ke rumahnya. Berbeda dari sikap masyarakat kebanyakan, Yesus justru dengan sengaja menjumpai Zakheus yang sedang berada di atas pohon, lalu membuka percakapan yang sangat mengejutkan, “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” (ayat 5).
Yesus tidak menunggu diundang Zakheus, namun Dialah yang menawarkan persahabatan. Yesus tahu semua perbuatan Zakheus dan tentu Ia tidak menyetujuinya. Namun Yesus tidak membenci Zakheus. Yesus mengasihinya dan merindukan perubahan dalam diri Zakheus. Dan benar saja, karena sudah merasakan penerimaan dari Yesus, hidup Zakheus justru berubah 1800 (ayat 8) dan ia mengalami karya keselamatan Allah (ayat 9). Sang pendosa kini telah menjadi manusia baru. Semua karena kasih. Banyak orang terus-menerus hidup dalam dosa karena ia belum pernah merasa dikasihi. Mereka tidak butuh nasihat yang panjang, apalagi kalimat kemarahan dan kebencian. Mereka membutuhkan kasih. Bersediakah kita mengasihi orang-orang yang berdosa sebagaimana Kristus telah mengasihi kita? Agar mereka mendapatkan kesempatan untuk bertobat dan mengalami pemulihan hidup. (RKG)