GKI Peterongan

Mengapa Kristus Meruntuhkan Tembok Pemisah?

Efesus 2:11-22 
Apakah identitas Kekristenan yang sesunggunya, kasih atau perpecahan? Kasih sering kali dikumandangkan dari mimbar dalam khotbah-khotbah Ibadah Minggu dan lainnya, kasih juga sering dikumandangkan dalam lagu-lagu yang kita nyanyikan, bahkan di gereja, banyak program dan kegiatan yang dilakukan berdasarkan prinsip kasih. Namun di sisi lain, seiring dengan itu, perpecahan juga seringkali terjadi di tubuh Kekristenan. Sejarah mencatat bahwa perpecahan terjadi sejak awal mula Kekristenan (contohnya adalah Jemaat Efesus yang terpecah mengenai pemahaman sunat dan identitas ke-Yahudi-an bagi orang Kristen), sampai saat ini (dalam bentuk perpecahan denominasi dan aliran gereja). Apabila kita renungkan lebih dalam, seringkali perpecahan juga terjadi di gereja kita sendiri, atau bahkan mungkin di antara kita ada yang pernah terlibat dalam perpecahan.
Salah satu akar dari terjadinya perpecahan adalah karena ada perbedaan di antara pihak-pihak yang terpecah. Perbedaan adalah hal yang wajar, namun sebagai orang Kristen, perbedaan tidak boleh menjadi potensi bagi terjadinya perpecahan. Perpecahan yang terjadi dalam tubuh gereja merupakan keprihatinan kita bersama. Seorang pendeta bernama W. Silitonga atau lebih dikenal dengan nama Pensilwally menuangkan keprihatinannya melalui lagu yang kita nyanyikan hari ini (PKJ 237 – Kenapa Timbul Perpecahan).
Perbedaan bisa menjadi perpecahan tidak adanya penerimaan dari satu pihak dan pihak lainnya. Penerimaan ini menjadi satu hal yang penting dalam relasi kita dengan sesama. Dalam Efesus 2:14 dan seterusnya dijelaskan bahwa kematian Kristus di kayu salib merupakan karya pendamaian baik antara manusia dengan Allah dan antara manusia dengan  sesamanya.  Kasih Allah yang luar biasa telah menerima kita manusia berdosa untuk memiliki damai sejahtera dengan-Nya dan dengan sesama. Kita, orang-orang percaya yang berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, setelah percaya akan karya penebusan ini, mengakui bahwa kita memiliki satu Tuhan, satu iman, dan satu baptisan. Kita adalah satu dalam Kristus. (APr)

Aria Prasetya

Arsip