GKI Peterongan

Mengenali Sapaan Tuhan

Dalam tahap-tahap pertumbuhan seorang anak, ada sebuah fase di tahun-tahun awal kehidupannya di mana ia mulai belajar mengenali sapaan orang lain terhadap dirinya. Ia belajar mengerti namanya, sehingga ia akan menoleh saat seseorang menyebut nama itu. Ia belajar untuk membedakan suara ayah dan ibunya, juga suara orang-orang lain di dekatnya. Bagi anak-anak yang terlahir dengan disabilitas rungu, atau bahkan rungu dan netra, mereka dapat belajar mengenali sapaan orang lain melalui sentuhan atau kode tertentu yang dapat diakses secara taktual. Dengan gambaran ini kita memahami bahwa untuk mengenali sapaan orang lain, manusia membutuhkan sebuah proses untuk membedakan dan mengidentifikasi.

Demikian juga untuk mengenali sapaan Tuhan. Kita tidak dapat berharap agar setiap kali Tuhan berbicara kepada kita memakai cara-cara yang spektakuler sehingga kita dapat langsung mengerti bahwa itu suara-Nya. Tuhan dapat menyapa kita dengan berbagai cara dan kita tidak dapat membatasi cara yang dipilih-Nya untuk berkomunikasi dengan kita. Bagian kita adalah melatih diri untuk semakin peka mendengar sapaan Tuhan dalam berbagai bentuk itu di tengah aktivitas kita sehari-hari.

Kita mengenal Samuel sebagai seorang nabi Tuhan. Ia bergaul dekat dengan Tuhan, bahkan Tuhan memakainya untuk mengurapi raja terbesar Israel, yaitu Daud. Tetapi untuk sampai pada komunikasi yang akrab dengan Tuhan itu ia pun berproses. Hari ini kita mendapati titik awal dari proses itu, di mana untuk pertama kalinya Samuel mendengar suara Tuhan. Pada waktu itu ia masih sangat muda dan belum mengenali suara Tuhan. Ia membutuhkan Imam Eli untuk memberitahunya bahwa itu adalah suara Tuhan. Sejak saat itu, ia terus bertumbuh dalam kepekaan untuk mengenali suara Tuhan.

Bagaimana dengan kita? Dengan banyaknya kesempatan yang sudah kita dapatkan untuk mendengar firman Tuhan, sudahkah kepekaan kita bertumbuh juga untuk semakin mengenali suara-Nya? Mari tumbuhkan kepekaan kita untuk mendengar setiap pesan yang Tuhan ingin sampaikan dalam hidup kita setiap hari. (HAS)

Pdt. Ibu Helen Aramada

Arsip